Kontestasi Pilkada Telah Usai, Saatnya Kolaborasi Bangun Palopo

  • Bagikan

* Oleh: Asri Tadda (Sekretaris BPW KKLR Sulawesi Selatan)

Pilkada Kota Palopo 2024 telah resmi berakhir. Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh dinamika, pasangan Naili Trisal – Akhmad Syarifuddin (Naili–Ome) akhirnya dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palopo periode 2025–2030 pada Senin, 4 Agustus 2025.

Pilkada Palopo bukan sekadar kontestasi elektoral lima tahunan. Ia menjelma menjadi panggung besar yang menyita perhatian publik, bukan hanya karena kandidat yang maju, tapi juga karena dinamika politik yang begitu kompleks. Proses yang sempat berujung pada Pemungutan Suara Ulang (PSU) dan dua kali gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) mencerminkan betapa hidupnya semangat demokrasi di kota yang menjadi jantung Luwu Raya itu.

Namun, sebagaimana hukum demokrasi yang paling hakiki, kontestasi memiliki batas waktu. Ia berakhir ketika pemimpin terpilih telah ditetapkan secara sah dan konstitusional. Kini, saatnya semua pihak menanggalkan atribut politik masing-masing, menurunkan tensi, dan kembali menyatu dalam semangat kebersamaan sebagai warga Kota Palopo.

***

Palopo adalah rumah besar kita bersama. Kota ini tidak hanya butuh pemimpin, tetapi juga partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat: dari birokrasi, akademisi, pelaku usaha, tokoh agama, pemuda, hingga masyarakat akar rumput. Membangun kota tidak bisa hanya bertumpu pada satu poros. Ia adalah kerja kolektif, kerja kolaboratif.

Pemimpin terpilih memang mendapat mandat dari mayoritas pemilih, tetapi dalam praktiknya mereka harus menjadi pelayan bagi seluruh warga—termasuk mereka yang tidak memilihnya. Ini adalah tantangan awal bagi Naili–Ome: merangkul semua, membuktikan bahwa kemenangan mereka adalah kemenangan seluruh rakyat Palopo.

Kepada mereka yang kalah dalam kontestasi, sejarah memberi banyak contoh bahwa kekalahan tidak selalu akhir dari peran. Justru, dalam posisi di luar kekuasaan, lahir kontrol dan kritik yang sehat untuk menjaga keseimbangan. Kota ini tetap membutuhkan keberadaan tokoh-tokoh dengan integritas, gagasan, dan kepedulian—apa pun posisi politiknya.

****

Pilkada boleh saja menyisakan luka atau kekecewaan. Tetapi, jauh lebih besar dari semua itu adalah harapan warga Palopo untuk melihat kota ini semakin maju, sejahtera, dan adil bagi semua. Saatnya energi kita dialihkan dari konflik ke kolaborasi, dari perpecahan ke persatuan, dari debat elektoral ke kerja nyata.

Sebagai warga, mari kita kawal pemerintahan ini dengan objektif dan kritis, namun tetap konstruktif. Mari kita beri ruang kepada Naili–Ome untuk bekerja, dan kita bantu dengan dukungan, masukan, serta kontrol yang sehat. Hanya dengan begitu, demokrasi kita tumbuh dewasa.

Pilkada telah usai. Yang tersisa adalah tanggung jawab kita semua. Mari kembali ke jalan pembangunan bersama. Karena sesungguhnya, Palopo adalah milik kita semua.

Makassar, 4 Agustus 2025. (*)

  • Bagikan