- Sudah Berkali-kali Ditegur, Bau Limbah Pabrik Tetap Tak Ditangani
PALOPO POS.CO.ID, PALOPO -- Selasa, 5 Agustus 2025 siang, saya jalan-jalan di kantor Gabungan Dinas terkait dengan kerja saya di Koran Harian Palopo Pos, saya janjian bertemu bendahara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Luwu Utara di kantornya.
Usai ketemu bendaharanya, saya melihat ada Kepala DLH, Ahmad Yani sedang santai diruangannya terlihat sedang ngobrol dengan salah satu stafnya, saya pun dipersilahkan masuk.
Kami ngobrol soal pengelolaan keuangan daerah yang lagi susah hingga kinerja DLH dalam melaksanakan tugas ditengah keterbatasan anggaran.
" Kami disini ada 4 bidang hampir semua sudah tidak memiliki kegiatan tinggal kegiatan rutin penanganan sampah yang harus berjalan," tandas Ahmad Yani.
Saya pun pertanyakan terkait limbah salah satu Pabrik kelapa Sawit (PKS) yang baunya tercium hingga ke Ibukota Kabupaten, Masamba, Ahmad Yani mengaku keberadaan PKS PT Kasmar Matano Persada menjadikan dirinya Simalakama, Sebab saat masih menjabat di Dinas Perizinan atau (DPMTSP) dirinya-lah yang perjuangkan atau berupaya supaya pabrik itu segera dibangun.
"Karena sangat dibutuhkan petani, waktu itu pabrik KMP kesulitan mendapat dana untuk kelanjutan pembangunan, saya bersama pihak manajemen mengurus langsung Perbankan, Alhamdulillah dapat terbangun dan selesai," jelasnya.
Saat ini PKS tersebut merupakan salah satu PKS yang nakal atau " Kepala Batu" selain tidak menaati aturan terkait harga tandan buah segar (TBS) yang sudah ditetapkan Pemerintah Provinsi, pabrik ini ternyata nakal juga soal lingkungan hidup atau pengelolaan limbah yang tidak profesional.
"Soal limbah yang baunya sampai ke ibukota, sudah berkali-kali saya tegur pabrik itu, bahkan mereka juga kami panggil ketika kami rapat terkait itu, tapi memang pabrik itu 'Kapala Batu",'' ujar Ahmad Yani.
Sebenarnya lanjut, Ahmad Yani, PKS ini sudah memenuhi syarat untuk pencabutan izin lingkungannya, tinggal satu kali persuratan PKS bisa disetop kegiatannya, karena tidak mungkin PKS ini operasional jika izin lingkungannya kami cabut, tapi kembali lagi masyarakat, utamanya petani sawit apakah tdk keberatan apabila Pemda menutup pabrik ini," tandasnya.(*)