Warga Dihebohkan Diduga Chemtrail Omicron di Langit Jakarta

  • Bagikan

JAKARTA — Chemtrail di langit Jakarta berhasil menimbulkan kehebohan luar biasa di tengah masyarakat. Chemtrail kian menakutkan ketika beredar di media sosial dan menjadi konsumsi netizen.
Chemtrails pun akhirnya dibantah pemerintah melalui Kominfo yang kemudian menyebutnya hoaks dan perlu diluruskan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan beredarnya isu mengenai penyebaran varian Omicron melalui chemtrails adalah tidak benar.

Hal itu disampaikan Plt. Deputi Bidang Klimatologi, Urip Haryoko. Ia menjelaskan chemstrails merupakan gabungan chemistry (kimia) dan trails (jejak), yang dimaknai sebagai penyebaran zat kimia tertentu, biasanya diseebut beracun atau berbahaya melalui pesawat terbang.

Oleh karena penyebarannya dilakukan dari udara, dampak terhadap paparan zat kimia ini dapat dirasakan secara luas dan sulit untuk dimitigasi.

Urip kemudian mengutip penelitian yang ditulis J. Marvin Herndon dan timnya yang berjudul Chemtrails are Not Contrails: Radiometric Evidence. Dalam penelitian menyebut sampai saat ini klaim chemtrails dan dampak negatifnya tidak terbukti.

“Isu chemtrails dapat diklasifikasikan sebagai teori konspirasi yang menyebar dan membuat kepanikan publik,” ujar Urip lewat keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Kamis (17/2).

Teori konspirasi soal chemtrail penyebar zat bahaya ini sudah muncul sejak beberapa tahun silam, menyebut ada program rahasia yang disebar melalui pesawat.

Sampai akhirnya muncul dugaan teori konspirasi di Indonesia. Sebelumnya kabar penyebab wabah Omicron melalui chemtrails beredar di media sosial. Salah satunya video yang menampilkan awan mirip jejak pesawat yang direkam warganet di Buah Batu, Kota Bandung, Jawa Barat, pada 7 Februari 2022 dan terakhir di Jakarta beberapa waktu lalu.

Urip menjelaskan, apa yang disebut chemtrail adalah condensation trails atau sering disingkat sebagai contrails. Contrails merupakan fenomena yang terjadi di udara akibat emisi dari mesin jet pesawat terbang yang bertemu dengan udara pada temperatur yang sangat rendah.

Ia mengatakan, proses pembentukan contrails diinisiasi oleh emisi uap air pada temperatur tinggi dari mesin jet pesawat terbang yang dengan cepat bertemu dengan udara pada temperatur yang sangat rendah.

Pertemuan ini berturut-turut dilanjutkan dengan proses kondensasi (perubahan uap air menjadi air) dan proses sublimasi (air menjadi kristal es).

“Proses ini dapat disetarakan dengan proses pembentukan awan,” kata Urip.(int/idr)

  • Bagikan