Duet Anies-AHY, Skenario Pilgub DKI Bisa Terjadi di Pilpres 2024, Ini Alasannya

  • Bagikan
ANIES AYH. Disebut-sebut sebagai dua anak muda yang kuat. Satu sipil dan satu militer. Perpaduan yang cocok untuk mengatasi persoalan bangsa. (istimewa)

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Analisis menarik disampaikan Pengamat Politik, Moh. Naufal Dunggio. Yakni, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diyakini akan mendapatkan tiket untuk maju pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Dan, besar kemungkinan, partai pengusungnya sama dengan parpol yang mendukungnya pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu.

“Sangat mungkin akan terulang lagi partai-partai yang mendukung Anies di Pilpres seperti yang terjadi di Pilgub DKI yang lalu. Anies akan didukung oleh partai-partai seperti PKS, Gerindra, dan Demokrat. Kenapa begitu? Karena partai-partai akan mendukung calon yang berpeluang kuat menang dalam Pilpres,” jelas pengamat politik, Moh. Naufal Dunggio, 30 Mei 2022.

Naufal juga menjelaskan, Demokrat ikut bergabung karena Anies akan berpasangan dengan Ketua Umumnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

“Pasangan tokoh muda ini merupakan duet maut. Dua anak muda yang kuat. Satu sipil dan satu militer. Perpaduan yang cocok untuk mengatasi persoalan bangsa. Ego sebagai orang tua itu akan dipaksa legowo untuk menyerahkan persoalan bangsa ini kepada kedua anak muda ini,” ungkapnya.

Menurutnya, Ketua Umum DPP Partai Gerindra Letjen (Purn) Prabowo Subianto juga akan legowo memberikan kesempatan kepada dua tokoh muda tersebut untuk tampil.

“Sudah pasti Pak Prabowo akan legowo yuniornya yang maju. Pak Prabowo seorang kesatria yang paten, bukan jenderal kaleng-kaleng,” imbuh Naufal.

Apalagi, Prabowo sudah tiga kali maju dalam Pilpres tapi selalu menelan kegagalan dan merasa dicurangi.

“Jadi kita biarkan Pak Prabowo istirahat di hari tuanya dengan menyerahkan kepemimpinan bangsa ini kepada yang lebih muda, smart dan sudah teruji kepimpinannya,” paparnya.

Dukungan Prabowo kepada pasangan Anies-AHY juga, kata Naufal, tidak lepas dari adanya komunikasi dengan mantan Presiden Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pendiri Partai Demokrat.

“Pembicaraan antar jenderal beda dengan sipil. Kalau antar sipil yang dibicarakan hanya mencari kekuasaan. Tapi kalau sesama jenderal yang didikusikan adalah kemajuan dan keamanan bangsa dan negara,” ucapnya.

Naufal yakin bila Gerindra, PKS, dan Demokrat berkoalisi sebagai pengusung Anies-AHY, duet ini akan memenangkan Pilpres. Karena besarnya peluang untuk menang tersebut, partai-partai lain mau tidak mau juga akan ikut bergabung.

“Enggak mungkin partai-partai akan mendukung pasangan hanya sebagai penggembira pilpres saja,” tandasnya.

BISA KALAHKAN GANJAR-ERICK
Sebelumnya, pasangan Anies-AHY diprediksi memperoleh suara 47,7 persen, berpotensi mengalahkan pasangan Ganjar Pranowo – Erick Thohir (39,6 persen), andaikan Pemilu Presiden dilaksanakan pada saat ini. Secara perorangan, baik elektabilitas Anies Baswedan maupun AHY berada dalam posisi lima besar.

Demikian temuan hasil survei nasional yang dilakukan lembaga Indo Riset yang dirilis tanggal 19 Mei 2022 lalu. Survei dilakukan tanggal 11-17 April atas 1.096 responden di 34 provinsi yang dipilih secara multi-stage random sampling. Margin of error dari survei ini 2,96 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Survei Indo Riset yang merupakan anggota Persepi tersebut menemukan bahwa tiga kriteria utama yang menjadi pertimbangan terpenting bagi calon pemilih untuk mencoblos capres-cawapres pada Pilpres 2024 adalah jujur, merakyat dan tegas, baru kemudian diikuti oleh kinerja dan pengalaman.

Dari sisi partai politik, elektabilitas Partai Demokrat, dimana AHY menjadi Ketua Umum, berada pada posisi keempat, dengan 10,9 persen. Ini setelah PDI-P (24 persen), Gerindra (13 persen), dan PKB (12 persen). Menyusul dibawah PD adalah Partai Golkar (9,9 persen) dan PKS (7,5 persen) dan Nasdem (4,3 persen). Dari 15 parpol yang disurvei, diperkirakan hanya enam parpol ini yang lolos ambang batas parlemen (parliamentary treshold) 4 persen.

Sisanya diperkirakan tidak lolos, termasuk rekan Golkar dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yaitu PPP (3,7 persen) dan PAN (2 persen). Parpol non parlemen seperti Perindo memperoleh elektabilitas 2,1 persen, Hanura 0,5 persen dan PSI maupun PBB masing-masing 0,3 persen. Parpol baru seperti Partai Ummat diperkirakan memperoleh elektabilitas 0,2 persen. (jp/pp)

  • Bagikan