Sri Mulyani Bilang Masyarakat Makin Sulit Beli Rumah, Ini Saran BTN

  • Bagikan

Rumah subsidi yang ada di Palopo. --dok--

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA--
Masyarakat yang ingin memiliki rumah diperhadapkan dua masalah.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat ini, mereka semakin sulit untuk membeli rumah karena kenaikan harga lahan dan risiko kenaikan suku bunga.

Namun, perbankan yang berfokus di sektor perumahan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) mengatakan, permintaan pembelian rumah dapat didorong melalui stimulus pemerintah, yaitu PPN.

Hal ini mendapat tanggapan dari Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu. Ia mengungkapkan, PPN nol persen dapat menjadi daya tarik masyarakat untuk membeli rumah.

"Jujur kita terima kasih dengan kebijakan PPN. Karena ini turut menggenjot penyaluran kredit rumah di bank," ujarnya di Menara BTN Jakarta, Kamis, 7 Juli 2022.

Nixon mengaku, meskipun harga lahan turut mempengaruhi harga rumah, namun bahan baku material bangunan yang mayoritas dapat dipenuhi dari lokal juga turut dapat membantu menekan harga rumah.

"Untuk rumah non subsidi itu dominan pada harga lahan, bahan baku dan material. Tapi sebenarnya lahan 30%, untuk material itu yang sangat sensitif," tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, untuk suku bunga KPR, perseroan masih memasang bunga yang relatif lebih rendah dibandingkan bunga KPR periode sebelumnya.

Jika nantinya ada risiko kenaikan suku bunga karena kondisi perekonomian dan geopolitik global, pihaknya akan berupaya membuat kredit perumahan tetap menarik bagi masyarakat.

"Kita bertahan dengan suku bunga sekarang. Saat ini suku bunga rendah. Karena kan kita sebenernya pengen terus kayak gini. Kalau bankir kan suku bunga baik langsung rematik," pungkasnya.

Prospek sektor industri perumahan masih cerah meski di tengah ketidakpastian dan faktor eksternal baik perekonomian maupun geopolitik global yang sedang bergejolak. Pasalnya, kebutuhan rumah masyarakat masih sangat besar.

"Pertumbuhan ke depan menurut saya perumahan di Indonesia memang challenging, banyak backlog perumahan. Ada 12,75 juta orang yang belum punya rumah," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terhadap GDP di Indonesia merupakan paling rendah di kawasan ASEAN. Apalagi, saat ini harga rumah jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menurutnya, harga rumah subsidi saat ini lebih terjangkau karena bahan baku material bangunan 90% berasal dari lokal dan tidak begitu bergantung pada bahan baku impor. Apalagi, industri semen saat ini sedang mengalami kelebihan pasokan.

"Berita baiknya 90% material Indonesia dari lokal, kayak pasir, semen, batu, genteng, bata," ungkapnya.

Nixon menyebut, bahan baku material bangunan yang dapat dipenuhi dari dalam negeri sendiri dapat menopang biaya energi yang saat ini sedang mengalami kenaikan.

"Memang kan untuk transportasi perlu truk semen dan lainnya. Tapi saya sepakat naiknya energi, cost akan terdorong (naik). Pasti transportasi naik. Tapi material sendiri belum terlalu impor kecuali rumah mewah," ucapnya, seperti dilansir cnbc.

Sementara, pihaknya sendiri dari industri perbankan juga akan berupaya menyesuaikan situasi yang dinamis dengan kemampuan daya beli masyarakat. Namun, saat ini suku bunga acuan juga masih di level yang rendah, sehingga perbankan pun belum menaikkan suku bunga. 

Di segmen perumahan subsidi, pihaknya sendiri masih mematok bunga di kisaran 3%. Angka tersebut dinilai masih merupakan bunga yang rendah dibandingkan dengan bank-bank lainnya. Hal itu karena perseroan merupakan bank yang berfokus di sektor perumahan.

Nixon menambahkan, perseroan melakukan strategi untuk menarik minat masyarakat membeli rumah. Dengan besaran bunga fix rate selama 5 tahun dipercaya akan meningkatkan minat masyarakat untuk mencicil rumah.

"Saat ini kan bunga tetap selama 5 tahun atau kenaikannya bertahap. Kalau sudah 5 tahun kan nggak mungkin dia nggak naik pangkat. Pasti naik pangkat, penghasilan bertambah. Lalu mengikuti bunga normal," pungkasnya. (Net/pp)

  • Bagikan