Oleh: Syahiruddin Syah
(Wakil Dekan Fisip Unanda)
KALAU kita pelajari latar belakang pendidikan yang dicapai oleh para Doktor sebagai Maha terpelajar dan ataukah Guru besar (profesor) sebagai Maha Guru, maka secara umum kita pasti mengatakan bahwa memang mereka adalah orang - orang yang sukses dalam hidupnya dan bahkan membawa harum nama keluarganya. Akan tetapi, dalam hal etika dan perilaku seorang Doktor dan ataukah GB masih ada beberapa person yang menjadi sorotan penilaian yang negatif terhadap perilaku seorang cendekiawan. Antara lain adalah mengenai ucapan, sikap, dan penampilannya. Mereka belum menunjukkan seorang cendekiawan yang dapat dijadikan panutan bagi para Dosen dan masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat kita lihat interaksi dalam aktivitas kehidupannya, yang salah satunya adalah keangkuhan, egoisme, dan arogansi yang menonjol. Bahkan, dianggap hanya dia yang bisa, orang lain hanya pendengar, pengikut, dan penikmat saja dari konsep dan aplikasi kebijakan yang dilakukan.
Diharapkan mampu membendung diri dari sindiran dan fitnah bagi diri kita sendiri. Diharapkan mampu menjaga etika, perilaku dalam berinteraksi, baik itu interaksi dengan teman sekerja, dosen dan masyarakat pada umumnya.
Menjadi contoh, menjadi panutan,dan menjadi perekat persaudaraan dalam berinteraksi. Sebaiknya kita menghilangkan kebiasaan yang selalu menyalahkan orang lain, dan juga kebiasaan tidak boleh ditanggapi semua pernyataannya, persoalan kecil dibesar-besarkan yang dapat membuat ketersinggungan di antara sesama teman. Padahal semua itu adalah hal yang keliru dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari sebagai seorang cendekiawan Ilmiah.
Seyogyanya seorang Maha terpelajar ataukah Maha Guru menjadi seorang yang bijak, karena filosofinya bahwa seorang cendekiawan yang mendapat legitimasi formal dari keilmuannya yang didapatkan diharapkan mampu menjaga etitud/ perilaku, ucapan, sikap, etika, dan pengambilan keputusannya yang tepat. Harus mampu bersifat bijak dan penuh dengan semangat kekeluargaan dalam menyampaikan sesuatu. Mampu menjaga keharmonisan, baik itu perorangan maupun kelompok kerja. Tidak menjadi pemicu permasalahan dalam kelompok kerja yang dapat berakibat fatal dan dapat merugikan institusi atau lembaga tempat mereka bekerja.
Sifat tersinggung harus dilawan dengan pemikiran rasional, bukan perasaan dominan yang bisa berdampak fatal pada institusi atau lembaga.
Tidak menjadi super dan arogan keilmuan yang didapatkan, akan tetapi menjadi kolaborator dan penyejuk didalam sebuah tim kerja, serta mampu memfilter dan menghargai pendapat-pendapat dalam forum diskusi, bukan didominasi menurut pendapatnya, serta mampu menghargai perbedaan.
Bagi seorang cendekiawan diharapkan tidak memiliki rasa dendam yang berkepanjangan dan nanti merasa puas bila rasa dendamnya terjawab dengan mengorbankan orang lain. Baik dalam porsi kerja bersama, maupun dalam porsi kerja dengan tugas lain yang bisa menghancurkan kehidupan orang.
Mari kita saling mengingatkan, termasuk diri saya yang selalu berinteraksi dengan warga masyarakat, agar senantiasa kita menjaga ucapan yang bijak, tata perilaku kita yang sederhana dan sopan. Agar pencitraan seorang cendekiawan ilmiah dapat terjaga dengan baik, dan dengan penilaian kesan yang baik pula bagi warga masyarakat.
Penulis selaku Cendekiawan juga memiliki beberapa kekurangan sebagai manusia biasa, namun kita semua harus dapat mengintrospeksi diri sebagai insan cendekiawan dan mengedepankan berfikir yang rasional, meminimalkan pandangan masyarakat yang kurang etis. Sikap ini juga adalah edukasi bagi masyarakat dalam berinteraksi dengan pergaulan ditengah-tengah masyarakat.
Harapan penulis mari kita berinteraksi dengan mengedepankan ' siri" dalam perjalanan kehidupan kita, sebagai nilai lokal yang masih kental dalam budaya Sulawesi Selatan.
Karena siri didefinisikan sebagai pedoman bagi masyarakat Sulawesi selatan dalam menjalankan aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mohon maaf bila tulisan ini menyinggung perasaan bapak ibu, karena ini merupakan kritikan tajam bagi seorang cendekiawan, namun niat penulis agar selalu berhati-hati dalam berinteraksi. Agar pandangan masyarakat masih menjadi kebanggaan dan kecintaan serta anutan mayarakat. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan bagi kita semua. Wassalam.🙏🙏🙏 (*)