Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Sulsel Puji Persaudaraan Umat di Rantetayo

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, TANA TORAJA – Bukti persaudaraan yang begitu kuat antar umat beragama di Kecamatan Rantetayo, Kabupaten Tana Toraja tergambar pada kegiatan adat yakni syukuran (Mangrara) Gereja Katolik Paroki St. Paulus Rantetayo, Kamis (3/2/2022) lalu.

Pada kegiatan adat tersebut terdapat Lettoan yakni sebuah tanda persaudaraan yang dibawah sekelompok masyarakat pada acara Mangrara berupa miniatur rumah adat Toraja.

Biasanya diisi dengan hewan Babi, kali ini Mangrara Gereja Katolik di Rantetayo terisi satu Lettoan yang berisi seekor kambing, sehingga menarik perhatian warga.

Lettoan tersebut tertulis nomor rombongan 21 dan nama Rombongan ‘Umat Islam se Kecamatan Rantetayo’ yang merupakan tanda persaudaraan dari masyarakat Kecamatan Rantetayo dalam memeriahkan syukuran Gereja Katolik Paroki St. Paulus Rantetayo.

Salah satu paling tertarik yakni, Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Katolik Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, Paulus Palondongan yang juga putra Toraja.

Paulus menyampaikan rasa haru baginya dan bangga melihat sebuah wujud persaudaraan di Rantetayo secara khusus dan Toraja secara umum.

Ia juga mengatakan Lettoan adalah wujud sile’to atau bersaudara sehingga Lettoan dari masyarakat Islam Rantetayo adalah tanda persaudaraan.

“Tidak lagi memandang agama dan perbedaan tapi lebih kepada persaudaraan sehingga ini menjadi wujud moderasi beragama di Tana Toraja,” ujar Paulus, Minggu (6/2/2022).

Lanjutnya mengatakan, bukan sebagai bagian dari perayaan iman tapi tanda syukur pada budaya Toraja, sehingga hadirnya umat Islam dengan Lettoannya serta Gereja Toraja menjadi tanda umat Katolik bagian dari persaudaraan umat.

“Ini sebagai tanda bahwa muslim di Toraja bukan muslim dari timur, tapi muslim Toraja,” tutup Paulus.

Salah satu Tokoh Muslim di Rantetayo yang juga Imam Masjid Nurul Yaqin Rantetayo, MK Shahbar mengatakan inisiatif lahir sebagai bentuk rasa persatuan dan kesatuan kita di Rantetayo.

“Sebagai bentuk saling pengertian antar satu dengan yang lainnya, lihat saja gereja yang dirara sekarang disebelahnya ada Masjid, dan tidak pernah terjadi pertentangan sehingga itu salah satu buktinya,” ungkapnya.(Risna)

  • Bagikan