Gelombang Panas Landa Eropa, Sudah 1.000 Orang Tewas

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID EROPA -- Gelombang panas meluas di Eropa. Suhu ekstrem mencapai 41 derajat celcius memaksa puluhan ribu orang diungsikan.

Kondisi panas ekstrem menyebabkan ribuan warga dan turis harus diungsikan dari kawasan Gironde, di Prancis barat, hari Senin (18/07). Di Prancis, jumlah orang yang diungsikan lebih 24.000.

Pihak berwenang di Gironede mengatakan cuaca panas ekstrem memicu kebakaran di area seluas setidaknya 14.000 hektare.

Jean-Luc Gleyze, pejabat di Gironde kepada BBC mengatakan api terus membesar di La-Teste-de-Buch dan Landiras karena panas dan cuaca yang berangin, membuat api sulit dipadamkan.

"Kami menghadapi api yang terus membesar … kobarannya sangat sangat besar," ujar Gleyze.

Gelombang panas telah mendorong pihak berwenang mengeluarkan peringatan yang digambarkan sebagai "panasnya seperti kiamat" di kawasan Prancis barat daya, kata kantor berita AFP.

Cuaca yang sangat panas dan terik juga menyebabkan kebakaran di puluhan titik di kawasan Eropa lain. Di Spanyol dan Portugal, lebih 1.000 orang tewas akibat cuaca panas dalam beberapa hari terakhir.

Di Provinsi Zamora, di Spanyol barat laut, api membara di sejumlah ladang. Dalam beberapa hari ini, seorang penggembala dan anggota pemadam kebakaran meninggal dunia.

Di Inggris, suhu udara diprediksi mencapai 41 derajat C, yang tertinggi dalam sejarah.

Badan Meteorologi mengeluarkan peringatan gelombang panas ekstrem untuk Senin (18/07) dan Selasa (19/07) untuk sebagian besar Inggris, dari London dan kawasan selatan sampai ke York dan Manchester.

Suhu terpanas sebelumnya di Inggris mencapai 38,7C di Cambridge pada 2019. London akan menjadi salah satu tempat terpanas di dunia pada Senin ini (18/07) dengan suhu lebih panas dari Sahara Barat dan Karibia.

Kebakaran akibat cuaca panas di Spanyol telah menyebabkan setidaknya dua orang tewas dalam beberapa hari ini. Ibu kota Inggris diperkirakan akan lebih panas dari Dakhla di Sahara Barat (24C), Nassau di Bahama (32C), Kingston di Jamaica (33C), Malaga, Spanyol (28C) dan Athena, Yunani (35C).

Suhu panas akan berlanjut Selasa (19/07) dengan cuaca pada malam hari diperkirakan pertengahan 20C, sebelum turun pada Rabu (20/07).

Inilah untuk pertama kalinya Badan Meteorologi Inggris mengeluarkan "peringatan merah" sejak sistem ini diterapkan tahun lalu. Peringatan ini berarti suhu udara "akan berdampak luas pada masyarakat dan infrastruktur".

Sejumlah sekolah direncanakan akan selesai lebih cepat dari yang biasanya selesai pukul 15:30 waktu setempat.

Jaringan kereta meminta warga untuk tetap di rumah dan hanya melakukan perjalanan bila diperlukan untuk Senin dan Selasa ini. Sejumlah jaringan kereta telah mengumumkan pembatalan perjalanan dan kecepatan kereta juga diperlambat.

Inggris pernah mengahadapi gelombang panas pada 1976 namun wartawan urusan cuaca BBC Simon King mengatakan suhu untuk Senin dan Selasa pekan ini 10C lebih panas dari yang pernah dialami Inggris ebelumnya.

"Dengan suhu seperti ini, pengaruh pada kesehatan perlu diperhitungkan," katanya.

Sejalan dengan "peringatan merah" yang dikeluarkan Badan Meteorologi, pemerintah Inggris mengkategorikan kondisi ini sebagai "darurat nasional."

Jasa Ambulans London mengatakan mereka menerima panggilan sekitar 7.000 kali dalam sehari dengan semakin naiknya suhu udara dan jumlah telepon diperkirakan akan naik lagi dari panggilan rata-rata 5.500 kali sehari.

Gelombang panas terjadi ketika suhu rata-rata dunia meningkat lebih dari 1C dari masa pra-industri.

Saat ini cuaca di Bumi paling panas dalam 125.000 tahun ini, menurut badan sains iklim PBB, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

"Kita tahu apa menyebabkanya - gas rumah kaca karena bahan bakar fosil seperti batubara dan gas. Konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfir saat ini berada pada level tertinggi dalam dua juta tahun dan meningkat," kata IPCC.(int)

  • Bagikan