YBS, Presentasi Penanganan Sampah Kota Palopo

  • Bagikan

PALOPO --- Unanda Palopo melalui SDGs Center UNANDA bekerjasama dengan USAID MADANI rencananya akan melaksanakan seminar dan lokakarya tentang Sustainable Developments Goals (SDGs), Kamis 18 Agustus 2022.

Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) adalah tujuan global yang ditetapkan oleh Persatuan Bangsa-bangsa PBB yang ditargetkan akan dicapai dalam kurun waktu sampai tahun 2030.

Salah satu tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah Tujuan 11, Menjadikan Kota dan Pemukiman Inklusif, Aman, Tangguh dan Berkelanjutan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut melalui Rencana Aksi Nasional, pemerintah menetapkan 10 target nasional, diantaranya pembangunan kota yang terpadu, infrastruktur dan pelayanan kota, serta risiko bencana dan perubahan iklim di perkotaan.
Upaya-upaya ini didorong melalui kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota maupun Organisasi Non Pemerintah seperti LSM dan Perguruan Tinggi.

Dalam upaya membantu Pemerintah Kota Palopo dalam mencapai tujuan SDGs, Yayasan Bumi Sawerigading, rencananya akan mempresentasikan inovasi untuk pencapaian Tujuan 11 SDGs. Inovasi yang dimaksud adalah tentang Pengelolaan Sampah Secara Terpadu dan Kolaboratif.

“Kami dari YBS siap untuk presentasi di Lokakarya SDGs UNANDA dan USAID MADANI,'' ujar
Direktur YBS Palopo, Abdul Malik Saleh.

Ia mengatakan, tentang pengelolaan sampah, sejak tahun 2020, YBS mulai merintis penanganan sampah yang kolaboratif atau melibatkan para pihak di Kota Palopo.

Tahun 2020 tersebut, YBS memulai bekerjasama dengan USAID MADANI, untuk mengumpulkan semua Organisasi Masyarakat Sipil, baik itu LSM, pencinta alam, perguruan tinggi, termasuk UNANDA. YBS juga mengundang perwakilan pemerintah daerah diantaranya, Dinas Lingkungan Hidup, Bappeda, Bakesbangpol, dan unsur lainnya.

Abdul Malik menambahkan, mereka kemudian bersepakat untuk bekerja dan belajar bersama untuk penanganan masalah sampah di Kota Palopo dan membentuk sebuah forum yang dinamakan Forum Belajar Mapaccing (FBM). FBM inilah yang kemudian bersama-sama mendiskusikan rencana aksi pengelolaan sampah di Kota Palopo.

Melalui salah seorang anggota FBM yaitu DR. Rustan Santaria, tercetuslah ide untuk penanangan sampah organik dengan menggunakan metode TONGKAT(Tong dan Kotak Ajaib Terpadu). Tong ini berguna untuk merubah sampah organik berupa sisa-sisa makanan, kulit buah-buahan, sisa kopi dan minuman serta sampah non-plastik menjadi pupuk kompos, pupuk cair alami dan maggot (lalat BSF/black soldier flies).

Maggot sangat dibutuhkan menjadi pakan ternak & pakan ikan dan sumber makanan dengan kandungan protein yang sangat tinggi (3 kali lebih besar dari protein jagung).

TONGKAT ini akhirnya diujicoba dan diproduksi oleh Forum Belajar Mapaccing. Sebagai lokasi percontohan program TONGKAT, YBS dan FBM memilih Kelurahan Dangerakko, sebuah kelurahan padat karena adanya pasar sentral, terminal, restoran, hotel dan perkantoran.Metode TONGKAT dianggap penting untuk diadopsi Pemerintah Daerah karena 60% sampah di Kota Palopo adalah sampah organik berupa sisa-sisa makanan, sisa buah-buahan dan minuman yang akhirnya menjadi beban bagi petugas kebersihan di Kota Palopo.

Kota Palopo sendiri memproduksi sampah sebanyak 70-90 ton per hari dan harus dibuang ke TPA Mancani sehingga, TPA Mancani mulai kelebihan kapasitas penampungan sampah.

Program Manager YBS, Muh. Ishari ditempat terpisah mengatakan, kami dari awal fokus mengurus sampah organik karena sampah organiklah yang menimbulkan bau busuk dan tidak sedap kalau dibiarkan dan tidak dikelola. ''Ini yang menimbulkan penyakit dan rasa tidak nyaman warga kota,” ujarnya.

Ishari menambahkan, dalam konteks pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, sampah adalah masalah global yang harus segera ditangani karena berpengaruh besar, selain terkait dengan Tujuan 11 SDGs, juga sangat terkait dengan Tujuan 13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim.

Sambil mengutip beberapa penelitian internasional tentang sampah dan perubahan iklim, Ishari mengatakan bahwa sisa-sisa sampah makanan yang membusuk melepaskan gas methana (CH4) yang kemudian merusak lapisan ozon, sehingga mempercepat perubahan iklim.
Dalam perkembangannya, YBS kemudian mulai mengumpulkan sampah plastik dengan membentuk “Baruga Sampah Plastik” atau BSP YBS. Baruga Sampah Plastik membeli sampah dari masyarakat sekitar termasuk membeli sampah dari TPA Mancani dan kemudian mengirimkannya ke pabrik pengolahan sampah plastik di Makassar. YBS bekerjsama dengan WALHI dan Perkumpulan Pengusaha Plastik Limbah Indonesia (P3LI) untuk pembelian plastik tersebut.

“Inilah yang diklaim oleh YBS sebagai Kolaborasi Pengelolaan Sampah Terpadu, memadukan pengelolaan sampah organik melalui media TONGKAT dan mendirikan BSP untuk pembelian sampah plastik, sehingga untuk pencapaian SDGs, YBS sangat terkait dengan Tujuan 11, Tujuan 13, Tujuan 14 Menjaga Ekosistem Lautan, Tujuan 15 Menjaga Ekosistem Daratan serta yang paling penting adalah dan Tujuan 1 yaitu pengentasan kemiskinan melalui implementasi ekonomi sirkular dalam pembelian sampah plastik”, kata Ishari menutup pembicaraannya.(rls)

  • Bagikan