Marak Aksi Pemalakan di Jembatan Rampoang, Polisi Diminta Tangkapi Pelaku

  • Bagikan
TRUK tangki pembawa BBM melintas di atas jembatan bailey Rampoang. Pada tengah malam hingga subuh, para sopir mengaku sering dipalak oknum pemuda. IDRIS/PALOPO POS

Sejumlah Sopir Mengaku Dipaksa Bayar Rp50 Ribu untuk Melintas

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Pasca ambruknya jembatan permanen Sungai Pikung di Kelurahan Rampoang, pada (14/10/2022) bulan lalu, dan kini diganti dengan jembatan darurat dengan pembatasan tonase maksimal 15 ton, sejumlah permasalahan muncul. Mulai dari terjadinya antrean kendaraan pada jam tentu seperti pagi mulai sekira pukul 07:00 Wita dan sore sekira pukul 16:30 Wita.

Selain itu permasalahan lain yang memprihatinkan dan miris, yakni terjadi indikasi aksi pemalakan terhadap sejumlah sopir mobil oleh sekelompok orang tak dikenal (OTK) di beberapa titik lokasi bagian Selatan sekira 200 meter sebelum jembatan darurat.
Aparat, khususnya pihak kepolisian untuk dapat segera menertibkan dan menangkapi mereka. Karena sangat meresahkan dan bisa merusak citra Kota Idaman Palopo.

Berdasarkan pantauan langsung Palopo Pos di lokasi dari beberapa pengakuan sopir yang hendak melintas di jembatan darurat kejadian pemalakan yang dilakukan oleh OTK, itu kerap kali terjadi mulai tengah malam hingga dini hari.

Tindakan premanisme ini bukan hanya sekali terjadi atau atau hanya dialami oleh satu sopir saja. Namun sudah sering terjadi dan banyak sopir yang mengaku telah menjadi korban pemalakan oleh OTK itu.
"Tabe pak sudah saya bayar di belakang sana tadi, yang dekat SD (Sekolah Dasar) di belakang sana. Tadi saya dipalang harus bayar Rp50 ribu baru bisa lewat," kata salah seorang sopir enam roda hendak melintas di jembatan darurat sekira pukul 02:00 Wita dini hari, kemarin sembari curhat ke warga yang mengatur di sana, Rabu, 09 November 2022.

Tidak hanya mengaku dipalang dan diminta membayar sebesar Rp50 ribu agar bisa melanjutkan perjalanan, sopir berangkat dari arah Selatan menuju Utara bersama satu rombongan mobil teman yang ada di belakangnya, itu juga curhat sempat dibentak oleh OTK tersebut.
"Marah-marah kalau tidak dibayar pak, mereka ada tiga orang anak muda. Ciri-cirinya agak kurus dan tidak tinggi juga. Saya sama teman sopir yang dibelakang disuruh bayar Rp50 ribu kalau mau lewat, katanya untuk pembeli rokok mereka," kata sopir truk itu dengan mata berkaca mengulang kejadian yang dialami.

Mendengar curhatan dua sopir mobil truk enam roda itu, sejumlah pemuda yang mengatur kendaraan yang bergantian melintas di atas jembatan darurat, terlihat sempat menuju ke tempat tiga orang OTK yang disebutkan oleh sopir tersebut. Dan benar di tempat yang disebutkan supir tersebut benar ada tiga orang pemuda dengan ciri-ciri sama yang disebut.

Akan tetapi, kata warga yang mendatangi OTK itu, menyebutkan bahwa tiga pemuda yang diduga melakukan pemalakan terhadap dua sopir mobil enam orang itu, mengelak saat ditanya soal pemalakan.
"Ada memang tiga orang disana, mabok kayaknya. Ditanya siapa yang palang dua mobil truk tadi, tidak ada yang mengaku. Saya suruh pulang mereka, bikin malu saja disitu mabok baru pergi palang mobil minta uang," kata warga yang mengatur di jembatan sepulang dari tempat kedua supir itu mengaku dipalang OTK.

Perlu diketahui pula, selain mendengar langsung curhatan supir yang mengaku dipalang oleh sekelompok OTK dan diminta paksa untuk membayar Rp50 ribu kepada tiga OTK, di poros Rampoang ini juga berlaku istilah calo.

Calo ini berperan aktif melakukan pendekatan kepada para supir mobil kendaraan berat yang tonasenya di atas 15 ton. Mereka akan melobi sopir mobil khususnya supir mobil truk 10 roda yang banyak dijumpai terparkir di sepanjang jalan poros Rampoang dengan tonase mencapai 25 ton ke atas yang dilarang melintas di jembatan darurat. Para calo yang tidak hanya satu orang ini, terpantau melakukan lobi dengan supir dengan meyakinkan supir akan diloloskan di jembatan dengan mencatat membayar uang muli dari Rp200 ribu-Rp300 ribu per unit.

Saat calo tiba di ujung jembatan darurat semisal bagian selatan, mereka akan mengaku ke warga yang mengatur kendaraan bahwa mobil yang mereka antar itu merupakan keluarga atau sepupu mereka. Karena tak ingin menyebabkan antrian panjang, para warga yang mengatur kendaraan di ujung jembatan darurat pun meloloskan kendaraan yang diantar para calo yang meraup keuntungan dibalik kesulitan supir.

Terkait tindakan pelanggaran hukum yang terjadi di poros Rampoang ini, Kapolres Palopo AKBP Muhammad Yusuf Usman, SH, S.I.K., M.T yang dikonfirmasi, ia mengatakan akan menindak tegas para pelaku jika nantinya tertangkap tangan.

"Anggota sudah saya arahkan untuk melakukan pemantauan dan tindak mereka yang berbuat meresahkan para pengguna jalan. Kita tindak tegas kalau sampai ada yang kedapatan di lapangan. Karena itu sudah masuk ranah premanisme," tegas Yusuf Usman.(ria/idr)

  • Bagikan