Gempa Bumi hingga Banjir Bandang Pernah Terjadi

  • Bagikan
Ilustrasi Gempa
  • Potensi Bencana Alam di Tana Luwu dan Toraja

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Pekan lalu, Presiden Jokowi mengumpulkan seluruh kepala daerah se-Indonesia di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, membahas perubahan iklim yang mengakibatkan peningkatan frekuensi bencana.

Lalu di Tana Luwu dan Toraja, bencana alam apa saja yang kerap terjadi dan prediksi ke depannya bagaimana?
Dari rangkuman Palopo Pos, sejumlah bencana alam baik kecil hingga besar yang menyebabkan puluhan warga meninggal pernah terjadi.
Sebut saja banjir di Kabupaten Luwu, hampir setiap tahun sekira tujuh kecamatan menjadi langganan banjir. Mulai dari Kecamatan Larompong Selatan, Larompong, Suli, Bupon, Bua, Walenrang, dan Lamasi.

Tak hanya itu, Kabupaten Luwu juga rawan terjadi bencana tanah longsor. Seperti yang menimpa sejumlah rumah di Desa Ilan Batu, Kec. Walenrang Barat tahun 2021, lalu. Sebanyak 3 warga meninggal tertimbun material longsor.

Lalu, bencana alam angin puting beliung juga kerap terjadi di Kecamatan Bua. Hingga memporak-porandakan rumah warga di beberapa desa tahun 2022, lalu.

Di Kota Palopo, bencana yang rawan terjadi juga adalah banjir. Yang kerap menggenangi sejumlah kelurahan sekitar aliran Sungai Amassangan (Kec. Wara) dan Sungai Salu Battang (Kec. Telluwanua). Selain itu, tanah longsor juga mengancam warga di daerah pegunungan seperti di Kec. Wara Barat dan Mungkajang.

Di Kab. Luwu Utara, pada tahun 2020, lalu, banjir bandang memporak-porandakan Radda dan Masamba, mengakibatkan korban jiwa hingga 38 warga meninggal dan sejumlah warga lagi belum diketemukan sampai saat ini.

Banjir juga selalu terjadi di sejumlah desa di daerah Malangke dan Malangke Barat ketika aliran Sungai Masamba dan Rongkong meluap.
Tak hanya itu, bencana alam lainnya yang sering terjadi adalah gempa bumi. Hanya saja kekuatannya tak sampai 5 SR.

Lalu, tanah longsor di daerah Rongkong, Seko, dan Rampi.
Di Kabupaten Luwu Timur, bencana yang kerap terjadi juga banjir di daerah Malili, tanah longor di daerah Angkona dan Mangkutana. Ada juga gempa bumi, lantaran daerah ini dilalui sesar aktif Matano. Sehingga setiap saat warga akan diguncang gempa dengan kekuatan di bawah magnitudo 5.
Seperti yang terjadi Kamis 2 Maret 2023, lalu, Lutim diguncang gempa magnitudo 2,8.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap Kabupaten Luwu Timur masuk dalam kategori daerah rawan gempa di Sulawesi Selatan (Sulsel). Hal ini karena Luwu Timur dilintasi 6 dari 10 patahan aktif di Sulsel.

"Di Luwu Timur ada 6 patahan, di Sulawesi Selatan ada 1 patahan Walanae, di Selayar ada 2 patahan di barat dan timur, ada patahan Kalatoa," kata Koordinator Bidang Observasi BMKG Wilayah IV Makassar, R Jamroni, Jumat (3/3/2023).

"Patahan yang harus kita waspadai adalah Luwu Timur karena di sana ada 6 patahan. Jadi di sana paling kaya patahan untuk wilayah Sulawesi Selatan," imbuhnya.

Jamroni pun mengimbau masyarakat untuk mempelajari wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori rawan gempa. Apalagi, sejumlah wilayah rawan kini sudah terlanjur dipadati penduduk dan bangunan-bangunan.

"Makanya untuk itu, yang kita anggap sebagai risiko dan bahaya dan kita sudah tahu, kemudian kita lihat eksposur (kepadatan penduduk), rumah dan lain sebagainya seperti apa, untuk mitigasi, kita harus punya kapasitas untuk memitigasi bencana itu," paparnya.

Dia menyebut BMKG telah membuat peta mitigasi bencana. Hal itu dilakukan sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat agar tidak bermukim dan bertempat tinggal di wilayah tersebut.

"Jadi peta-peta yang dibuat untuk memitigasi jalur gempa itu, jangan ditinggali, bahaya. Carilah jalur-jalur yang masuk zona hijau, atau jalur-jalur patahan walanae jangan dibanguni rumah," tuturnya.

Toraja
Di dua kabupaten di Toraja, yaitu Tana Toraja dan Toraja Utara, becana alam yang kerap melanda yaitu banjir di Kota Rantepao, lalu tanah bergerak dan longsor serta angin puting beliung.

Sebelumnya pada rakor pekan lalu, Presiden Jokowi meminta daerah siaga dan waspada itu menjadi kunci, baik tahap prabencana, pada tahap tanggap darurat, maupun pascabencana. Semuanya harus disiapkan, semuanya harus dikelola dengan baik. Kedua memberikan edukasi bencana kepada masyarakat, seperti edukasi mengenai upaya yang harus dilakukan jika terjadi bencana gempa bumi atau adanya potensi letusan gunung berapi.

“Bagaimana menyiapkan masyarakat, bagaimana mengedukasi masyarakat, bagaimana memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat untuk langkah-langkah antisipasi, itu harus menjadi prioritas,” sebut Presiden Jokowi.

Presiden menekankan mengenai tata ruang dan konstruksi yang berkaitan dengan tata ruang dan konstruksi. Presiden juga meminta agar jajaran terkait memperhatikan peta kerawanan bencana. Pemda diminta untuk memasukkan risiko bencana ke dalam rencana pembangunan, sehingga jelas lokasi yang rawan bencana dan tidak boleh untuk didirikan bangunan.

Keempat, Presiden meminta untuk menyederhanakan aturan terkait penanganan bencana, terutama penyaluran bantuan kepada masyarakat yang terdampak. Termasuk kepada Gubernur.

Sementara itu, di Palopo, memasuki cuaca ekstrem yang diperkirakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Luwu Raya yang melanda Luwu Raya, termasuk Kota Palopo, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kota Palopo melakukan kesiapsiagaan serta standby di sejumlah posko yang telah ditetapkan.

Posko tersebut siap dan siaga memberikan pelayanan 24 jam. Pada setiap posko telah disiagakan pula sebanyak 18 orang petugas dari lintas sektor.(idr)

Tana Luwu dan Toraja Rawan Bencana Alam

  • Kab Luwu : banjir, tanah longsor, angin puting beliung.
  • Kota Palopo : banjir, tanah longsor.
  • Kab. Lutra : banjir bandang, gempa bumi, tanah longsor.
  • Kab Lutim : banjir, gempa bumi (dilalui jalur sesar Matano), tanah longsor.
  • Toraja : banjir dan tanah brgerak, longsor, angin puting beliung.
  • Bagikan