Lihat, Detik-detik IAS Tak Kuasa Membendung Air Mata Saat Jenazah Syukur Bijak Digotong

  • Bagikan

IAS tak mampu membendung air matanya saat jenazah Syukur Bijak digotong. --ist--

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, WALMAS-- Wakil Bupati Luwu, Syukur Bijak (SBJ) mendapat gelar mangkat dari keluarga besarnya. Dia digelari La'te Situju Lisa'na Luwu. Gelar itu diumumkan disela-sela prosesi pemakaman tokoh kharismatik Luwu itu.

Andrias Puang Bijak, yang mewakili keluarga besar almarhum menyambut tamu duka, menjelaskan gelar itu diberikan sebagai bentuk penghormatan atas kebangsawanan almarhum. Sekaligus menjadi nama penyebutan baru.

Apalagi, saat meninggal, Ketua Demokrat Luwu itu juga berstatus Tomakaka Bolong.

"La'te Situju Lisa'na Luwu itu kurang lebih bermakna almarhum adalah putra Luwu pilihan, yang memiliki ketegasan seperti gelegar petir dan kemampuan mempersatukan," kata Andrias.

Prosesi pemakaman SBJ dibanjiri pelayat. Ribuan Warga Luwu seolah tidak mau melewatkan pelepasan terakhir jenazah sosok yang dikenal sangat sosial itu.

Juga banjir tokoh. Sejumlah tokoh penting dari berbagai daerah turut melepas kepergian mantan anggota DPRD Luwu dua periode itu ke peristirahatan terakhir.

Keluarga besar Syukur Bijak menerima 260 karangan bunga, 120 ekor kerbau, serta ribuan pelayat yang datang berduyun-duyun

Tampak wakil wali kota Palopo, HM Rahmat Masri Bandaso, sahabat dekat almarhum yang juga anggota DPRD Sulsel, Selle Ks Dalle dan Andi Fadriati, serta para tomakaka dari berbagai wilayah. Kandidat balon bupati Luwu Utara, Andi Abdullah Rahim.

Tidak ketinggalan, sosok sahabat karibnya, Ilham Arief Sirajuddin (IAS). IAS tiba di Luwu sekira pukul 09.Wita. Lalu langsung hadir di rumah duka. Kakaknya, Syamsul Bahri Sirajuddin bersama keluarga lebih dulu sehari sebelumnya.

Saat menyaksikan jenazah diusung menuju liang lahat, IAS tak kuasa membendung airmatanya. Berkali-kali, handuk wajah kuning IAS usapkan untuk menghapus air mata.

Mendengar gelar mangkat almarhum yakni 'La'te Situju Lisa'na Luwu dan maknanya, IAS lalu menanggapi gelar itu memang sudah sangat sesuai dengan realita.

"Kenapa beribu-beribu warga Luwu datang mendoakan almarhum? Itu karena kemampuan mempersatukan itu. Kenapa begitu banyak orang merasa berutang budi baik kepada almarhum? karena kepeduliannya kepasa sesama. Kenapa begitu banyak orang yang merasa terayomi oleh sosoknya? Karena ketegasan dan komitmennya itu," ujar wali kota Makassar 2004-2014 itu. (*/uce)

  • Bagikan