Pengentasan Kemiskinan di Luwu RayaLuwu dan Lutra Perlu Kerja Keras

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MASAMBA -- Kabupaten Luwu Utara di bawah kepemimpinan Bupati Hj Indah Putri Indriani terus menorehkan prestasi. Kali ini, untuk pertama kalinya sejak tahun 2013, lalu, akhirnya Kabupaten Luwu Utara berhasil keluar dari peringkat ketiga daerah termiskin di Sulsel. Ini adalah berkat kerja keras bersama dalam memberantas soal kemiskinan.

Diketahui, angka kemiskinan Luwu Utara menurut data BPS, sejak 2013 dengan naik melewati dua anak tangga kemiskinan, hingga mencapai peringkat kelima, dengan persentase 12,66%.

Capaian ini mampu menembus angka terendah sejak Luwu Utara terbentuk menjadi daerah otonom pada 1999. Selama ini, sejak 2000, kemiskinan di Luwu Utara selalu bertengger pada kisaran 18% lebih hingga 13% lebih, dan berada pada peringkat tiga termiskin.

Sebut saja pada 2004, di mana jumlah penduduk miskin di Kabupaten Luwu Utara berada pada kisaran 40.700 jiwa dengan persentase 14,70%. Pun 2008, jumlah penduduk miskin naik menjadi 57.500 jiwa dengan persentase 18,38%. Setali tiga uang pada tahun 2010.

Di mana pada 2010, jumlah penduduk miskin di Luwu Utara masih terbilang tinggi, yakni berada pada kisaran 46.800 jiwa dengan persentase 16,24%. Namun, sejak 2022 lalu, tren penurunan angka kemiskinan mulai terlihat nyata dengan mencapai angka 13,22%.

Puncaknya, penurunan kemiskinan akhirnya mulai terlihat begitu nyata pada 2023. Kepala Bappelitbangda, Drs. H. Aspar, M.Si., membenarkan tren penurunan ini. Ia mengatakan, capain tersebut tidak terlepas dari upaya pemda dalam melaksanakan pembangunan

“Upaya pemerintah daerah melaksanakan pembangunan, pemenuhan hak dan kebutuhan orang miskin makin terlihat, sehingga mencapai tingkat kemiskinan terendah sepanjang sejarah Luwu Utara terbentuk, yakni 12,66%, dapat kita capai,” ungka Aspar, Jumat (27/10/2023).

“Penurunan tingkat kemiskinan ini tidak lepas dari partisipasi masyarakat, organisasi masyarakat sipil, dukungan program kegiatan yang telah direncanakan dan direalisasikan pemerintahan desa, perangkat daerah, Pemprov Sulsel serta dari pemerintah pusat,” beber Aspar.

Sementara itu, sejak Indah Putri Indriani jadi Bupati Luwu Utara, tingkat kemiskinan di Luwu Utara berhasil ditekan secara beruntun selama 5 tahun terakhir. Sejak 2016 – 2020 angka kemiskinan selalu turun.

“Dari tahun 2016 berada pada kisaran 14,38%, turun menjadi 14,33% di tahun 2017. Pada 2018, kembali ditekan turun secara signifikan menjadi 13,69%. Selanjutnya, pada 2019, kembali turun menjadi 13,60% dan pada 2020, tingkat kemiskinan Luwu Utara menyentuh level terendahnya sepanjang sejarah terbentuknya Luwu Utara, yaitu 13,41%,” beber Aspar.

Ia pun berkesimpulan bahwa upaya pengentasan kemiskinan di Luwu Utara sudah on the track alias sudah berjalan dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan adanya tren penurunan dalam lima tahun terakhir. Hanya saja, lanjut dia, masih perlu digenjot hingga angka kemiskinan tersebut terus menurun sampai pada level paling rendah.

Data Kemiskinan Luwu Raya dan Toraja
Dari data BPS Sulsel 2023 untuk Kab/kota di Luwu Raya dan Toraja, Kabupaten Luwu menjadi daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak, yakni 47.670 jiwa (12,71 persen), disusul Lutra 40.790 jiwa, Tator 30.230 jiwa, Torut 29.140 jiwa, Lutim 21.570 jiwa, dan Palopo 14.850 jiwa.

Meskipun ada tren kenaikan jumlah penduduk miskin dari tahun 2022 ke tahun 2023. Namun, hanya Kabupaten Luwu Utara yang berhasil menekan angka penduduk miskin. Di Tahun 2022 sebanyak 42.290 jiwa berhasil diturunkan di tahun 2023 menjadi 40.790 jiwa. Ada penurunan sebanyak 1.500 jiwa. (idr)

Kemiskinan Per Kab/Kota Luwu Raya-Toraja

    Tahun 2022             Tahun 2023

Kab. Luwu 46.500 jiwa (12,49%) 47.670 jiwa (12,71%)
Kota Palopo 14.780 jiwa (7,78%) 14.850 jiwa (7,69%)
Kab. Lutra 42.290 jiwa (13,22%) 40.790 jiwa (12,66%)
Kab. Lutim 20.890 jiwa (6,81%) 21.570 jiwa (6,93%)
Kab. Torut 27.790 jiwa (11,65%) 29.140 jiwa (12,12%)
Kab. Tator 29.310 jiwa (12,18%) 30.230 jiwa (12,48%)

  • Sumber: BPS Sulsel 2023
  • Bagikan