Diskusi HPRL ke-78, Dorong Masyarakat Bersatu, Mandiri, dan Berani Demi Luwu Raya

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, BOTING-- Semarak Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) tahun 2024 ini dengan memberikan nuansa ilmiah.

Menyambut HPRL 2024 ini memantik keberadaan para tokoh pemuda khususnya di kota membuka forum diskusi yang digelar di Warkop Kampis, jalan Gunung Terpedo Kota Palopo, Sabtu malam, 13 Januari 2024.

Kegiatan ini melibatkan pembicara yakni dari kalangan akademisi, Rektor Unanda Dr. Anas Boceng dan Tokoh Luwu Raya, Haidir Basir dan Andi Muzakkar dan dipandu mantan aktivis IPMIL, Ridwan Fattah.

Momentum HPRL 2024 berbagai aspek yang disikapi. Dalam diskusi ini memberikan penekanan keberadaan masyarakat Tana Luwu membangun persatuan dan keberanian. Selain itu, kekayaan yang dimilikinya sangat membantu dalam kemandirian demi cita-cita terbentuknya Provinsi Luwu Raya ke depan.

Anas Boceng mengungkapkan, bahwa menjadi komitmen utama bagaimana tetap mewujudkan Tana Luwu ini sebagai Provinsi. Dia menyinggung soal kekayaan alam. Kemudian, ada beberapa perusahan industri pertambanga saat ini di Tana Luwu tentunya memberikan pendapatan yang tidak sedikit.

"Oleh karenanya, Tana Luwu ini harus unggul dalam mensejahterakan masyarakatnya. Tentu upaya yang dilakukan jika mau bangkit ialah orang Luwu harus bersatu. Orang Luwu harus berani bagaimana Tana Luwu ini membentuk provinsi sehingga mampu mengelolah kekayaan alamnya sendiri," katanya.

Selain itu, keberadaan perguruan tinggi yang ada di Palopo harus diperhatikan. Palopo sebagai daerah kedua terbesar di Sulsel dengan perguruan tingginya sebanyak 17 yang dinilai akan menjadi semangat dalam mendorong pembentukan provinsi Tana Luwu ke depan.

"Oleh karenanya, paling penting juga bagaimana tokoh di Tana Luwu ini dapat menjadi keterwakilan kita di DPD dan DPR RI," katanya.

Kemudian, Haidir Basir menekankan
perlu kesatuan 4 wilayah Tana Luwu. Ia
menyinggung peringatan HPRL tentu muatannya bagaimana mempersatukan Tana Luwu.

Sudah beberapa upaya dilakukan dalam membangun komitmen membentuk provinsi Tana Luwu ini namun, menurutnya ada saja daerah yang keluar dari itu.

"Tentu dalam hal pembagian royalti.
Ini merupakan masalah. Ini yang hilang semangat dan keberanian. Pembagian CSR harusnya diberikan daerah lainnya.
Dengan momentum ini kembali melahirkan spirit dan semangat," katanya.

Andi Muzakkar, justru memberi pandangan yang berbeda terkait prinsip orang Tana Luwu. Kata dia, orang Luwu tidak berani. Orang Luwu selama ini hanya merasa dirinya besar, namun di mata orang lain orang Luwu adalah seorang penakut.

"Nanti ketika dia berani jika sesamanya orang Luwu. Hanya suka dengan bola-bola pendek. Nah, tentu untuk bersatu harus dipukul mundur sehingga timbul perlawanan, karena sifat kita, ya itu tadi, hanya sukanya main bola-bola pendek. Kita tidak pernah berfikir bagaimana orang Luwu ini diperhitungkan," terang mantan Bupati Luwu ini. (rul)

  • Bagikan