Sulsel Masuk Daerah dengan Panas Tinggi

  • Bagikan
ILUSTRASI

Kemarau Datang Lebih Awal Mulai April

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Sulawesi Selatan masuk dalam klaster daerah dengan suhu panas tinggi pada puncak kemarau tahun ini. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, kekeringan tahun ini akan lebih panjang dengan suhu yang lebih panas.

Kemungkinan musim kemarau di banyak wilayah Indonesia mundur menjadi Juli hingga Agustus 2024. Terdapat sejumlah wilayah yang memasuki wilayah kemarau di bawah normal, alias curah hujan menjadi lebih sedikit dibandingkan wilayah-wilayah lain yang masuk musim kemarau normal. Menghadapi situasi kekeringan lebih tinggi dan risiko cuaca lebih panas.

Sebagai catatan, jika berkaitan dengan sifat hujan, musim dibedakan menjadi tiga kategori. Pertama atas normal, saat curah hujan lebih dari 115 persen terhadap rata-ratanya.

Kedua, normal alias curah hujan berada di 85 persen hingga 115 peren pada rata-rata. Ketiga di bawah normal, saat nilai curah hujan kurang dari 85 persen.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita, sayangnya ada 60 zona musim atau lebih dari 8 persen musim kemarau terjadi di bawah normal.

"Terdapat 60 ZOM atau 8,73 persen yang diprediksi akan bersifat bawah normal," tegasnya, dalam siaran pers dikutip detikcom Senin (18/3/2024).

Datang Lebih Awal April
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, kemungkinan awal kemarau akan mulai datang pada awal April 2024. Kekeringan tahun ini diprediksi bakal panjang.

Wilayah yang akan memasuki musim kemarau dimulai dari NTT, NTB, Bali, lalu diikuti wilayah Jawa. Musim kemarau baru mendominasi hampir seluruh wilayah Indonesia pada Mei-Agustus 2024.
BMKG memprediksi awal musim kemarau seiring aktifnya monsun Australia.

Antisipasi Dampak Cuaca Ekstrem, PLN Siapkan Langkah Jamin Keamanan Jaringan Listrik dan Internet di Sulselrabar
"Awal musim kemarau berkaitan erat dengan angin baratan atau monsun Asia menjadi angin timuran atau monsun Australia," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melalui konferensi pers secara daring (15/3/2024).

"Secara umum musim kemarau 2024 diprediksi bersifat normal dan atas normal," imbuhnya.
BMKG turut mengimbau agar para pemangku kepentingan dan masyarakat agar lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya. Wilayah seperti ini diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan sumber air.

Tindakan antisipatif juga diperlukan di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau atas normal atau lebih basah dari biasanya. BMKG meminta agar pemda lebih optimal dalam menyimpan air pada akhir musim hujan ini.

"Informasi dalam prediksi musim kemarau ini dijadikan sebagai peringatan dini untuk dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dalam menyiapkan atau melakukan aksi dini, sehingga dampak negatif itu dapat dicegah, bahkan dapat dilakukan pemanfaatan dampak positif," pesan Dwikorita.

"Dan juga perlu diperhatikan penyesuaian pola dan jenis pola tanam," imbuhnya.
Pada kesempatan ini, Dwikorita turut menjelaskan fenomena El Nino diprediksi akan segera menuju netral Mei, Juni, Juli 2024. Kemudian setelah triwulan ketiga yaitu Juli, Agustus, September 2024 berpotensi beralih menjadi La Nina Lemah.

Hujan Saat Lebaran
BMKG menyatakan cuaca ekstrem berpotensi terjadi saat arus mudik Lebaran tahun ini.
Cuaca ekstrem yang ditandai dengan perubahan cuaca secara tiba-tiba diprakirakan terjadi khususnya di Pulau Jawa pada 5 hingga 11 April. Hal itu juga bertepatan dengan arus mudik Lebaran.

”Untuk cuaca ekstrem kita prediksi 5 sampai 11 April, itu masih hujan sedang hingga lebat ya,” Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Guswanto usai Rapat Tingkat Menteri (RTM) Angkutan Lebaran 2024 di Kantor Kemenko PMK seperti dilansir dari Antara di Jakarta, Senin (18/3/2024) dikutip dari Jawapos.com.
Kendati demikian, Guswanto menyebut, pada 12 April dan sesudahnya diprakirakan aktivitas cuaca ekstrem berkurang menjadi hujan ringan.
Hal tersebut dipengaruhi aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang memengaruhi Daerah Konvergensi Antar-Tropik (DKAT), bibit siklon tropis, serta siklon tropis Megan.

Untuk itu, Guswanto menyebut, pihaknya bakal menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), guna meminimalisasi dampak yang akan ditimbulkan cuaca ekstrem. Seperti banjir di Semarang dan Demak, Jawa Tengah, yang menjadi salah satu rute mudik Lebaran.
”Saat ini sudah dilakukan teknologi modifikasi cuaca dan digalakkan dari teman-teman PUPR untuk memperketat tanggul sungai supaya tidak jebol lagi begitu,” ucap Guswanto. (idr)

  • Bagikan