Cawalkot harus Cerdik Memilih Figur 02

  • Bagikan
Dekan fakultas Hukum Unanda Palopo, Dr Haedar Djidar

Haedar Djidar: Salah Satu Indikator Penentu Kemenangan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Perhelatan menuju Pemilihan Wali Kota/Wakil Wali Kota (Pilwalkot) Palopo 2024 kian dinamis. Bahkan, beberapa kalangan di Kota Palopo sudah ada yang melakukan proses langkah konkret, salah satunya dengan melakukan pendaftaran di salah satu partai politik yang telah membuka penjaringan.
Sejumlah kalangan tersebut belakangan ini santer dikaitkan Pilwalkot Palopo yang dihelat 27 November mendatang.

Mereka adalah,  Rahmat Masri Bandaso (RMB-mantan Wakil Wali Kota), Akhmad Syarufuddin (mantan Wakil Wali Kota), Farid Kasim Judas (mantan Kepala BKPSDM Pemkot Palopo),  Rustam Lalong (pengusaha) dr Nasaruddin (ASN), Putri Dakka (pengusaha), dr Abdul Syukur (ASN), Hj Hasriani (ketua Gerindra-mantan anggota DPRD), Budi Sada (ketua partai Gelora), Harisal A Latif (anggota DPRD), Hj Nurhaenih (ketua DPRD Palopo-pengusaha) Abdul Salam (anggota DPRD), Baharman Supri (anggota DPRD), dr Herman Jaya (profesional-pengusaha) dan Alfri Jamil (ketua PDIP). Sederet figur-figur tersebut  beberapa diantaranya memasang posisi sebagai bakal calon 02 atau Wakil.

Dekan fakultas Hukum Unanda Palopo, Dr Haedar Djidar memandang sangat pentingnya keberadaan figur calon 01 dalam memilih calon wakil mereka sebagai pasangan calon di Pilwalkot Palopo.

Mengapa demkian?, kata Haedar, figur 02 adalah salah satu indikator yang menentukan kemenangan pertarungan dengan melihat perannya dalam mempengaruhi keterpilihan masyarakat. "Tidak hanya, calon 01 yang bisa memberikan dampak dalam meraih kemenangan. Calon 02 juga sangat menentukan," kata Haedar.

Oleh karenanya, sebagai calon 01  bagaimana bisa memilih figur 02 dengan jelih dan cerdik dan tentunya bisa saling mengisi dengan baik secara konstitusi, politik maupun geopolitik.

"Umumnya, calon 01 ini mengambil calon 02 dengan melihat letak wilayah dan latar belakang. Seperti, figur dari wilayah pesisir dan pegunungan. Jadi, ada perpaduan. Demikian, juga perpaduan ini biasanya dari kalangan politisi berpaket dari kalangan birokrasi atau dari kalangan profesinal dengan kalangan pengusaha," terang mantan ketua KPU Palopo ini. (rul/idr)

  • Bagikan