Warga Taat Bayar PBB tapi Rumahnya Baniir

  • Bagikan

Komunitas Forpa ketika diskusi dengan warga di Lingkungan Lelong, Kelurahan Jaya, Kecamatan Telluwanua, Kota Palopo. Ft/ary

  • Saatnya Turun Pressure, Palopo Dilanda Banjir Bandang Oktober 2022 dan Oktober 2021

PALOPO --- Warga yang rumahnya terancam banjir derasnya sungai Salubattang terus berjuang. Mereka yang tiap tahun taat bayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
mohon diperhatian. Baik Pemerintah Kota Palopo maupun pihak Balai Sungai Pompengan Jeneberang. Bentuk perhatiannya bagaimana agar tebing sungai yang sudah menyerupai jurang dibronjong sebagai penahan banjir.

Banjir bandang disebut-sebut terbesar, Sabtu 8 Oktober 2022, lalu. Disebutkan debit air kali ini lebih besar ketika banjir bandang menghantam jembatan miring tanggal 30 Oktober 2021. Jembatan ini menghubungkan Kota Palopo dan Luwu bagian Walmas.

Banjir bandang yang porandakan rumah dan menenggelamkan sebagian sawah terjadi di bulan yang sama. Bedanya hanya pada tahun dan tanggal kejadian. Saat jembatan miring retak terjadi di akhir Oktober 2021. Satunya di awal Oktober 2022. Warga pun memberi guyon Oktober "keramat".

Tak hanya jemmir-jembatan miring- yang retak pada peristiwa 2021 silam. Tapi sebagian rumah warga di wilayah Palopo dan Luwu tersapu banjir. Bekas kerusakan masih tersisa. Trauma juga masih membekas.

Belum hilang traumatik warga Palopo, banjir kembali menerjang. Rumah yang pernah tersapu banjir di wilayah Palopo bisa lebih "tenang" karena sudah diberi penahan air oleh balai sungai. Namun, rumah yang dulunya "aman" di Lingkungan Lelong sekarang tak nyaman. Kalau banjir besar dan debit air tinggi bukan tidak mungkin rumah warga akan diterobos masuk. Kondisi ini diperparah kontur tanah pada tebing yang memang rawan longsor. Tebing sungai yang dulunya jauh dari permukiman sudah dekat. Dekat sekali dan tinggal hitungan meter saja.

"Kasihan kami pak. Rumah yang dulunya jauh dari badan sungai sudah sangat dekat sekali," ujar warga Lingkungan Lelong, Kelurahan Jaya, Kecamatan Telluwanua, Kota Palopo.

Berbagai komunitas di Palopo prihatin setelah melihat kondisi di Lelong itu. Berbagai kalangan menaruh harapan kiranya pemerintah kota Palopo bagaimana mengawal permohonan warga ini ke balai sungai Pompengan Jeneberang.

Kalau tak ditangani segeran kerugian masyarakat atas kehilangan rumah dan sawah akan lebih besar lagi. "Sangat kasihan. Kami begitu prihatin," ujar Ebes, aktivis Forpa saat dialog dengan warga Lelong, kemarin.

Ebes dan timnya sudah melihat langsung kondisi abrasi di Lelong. Mereka sangat peduli. Mereka siap membantu masyarakat Lelong untuk berjuang bersama-sama. Tak hanya Lelong, mereka juga bersama masyarakat Salubattang, Pentojangan, Battang Barat, dan Battang. "Sama-sama mempressure pemerintah kota Palopo untuk mengawal pembangunan penahan air ke balai sungai," sebutnya.

Untuk itu, lanjutnya, mereka bersama masyarakat korban dan yang terdampak banjir akan melakukan aksi. Tak hanya warga di Kelurahan Jaya, Pentojangan, dan Salubattang, masyarakat korban dan terdampak baniir Jalan H Hasan, Jalan Belimbing, dan sekitarnya akan ikut serta. "Posisi kami sebagai komunitas yang peduli. Makanya kami tergerak untuk bersama masyarakat dalam menyuarakan," tandasnya.

Dalam aksinya nanti akan menyuarakan sejumlah point' untuk dibawa turun ke jalan. Apa permasalahan dari Lelong, Salubattang, Pentojangan dan wilayah lainnya. "Mari kita kawal bersama. Karena ini kepentingan masyarakat banyak," imbuhnya.

Di tempat yang sama, Ketua Ikatan Pemuda Jaya (IPJ) Awal menyambut baik niat teman-teman Forpa.

IPJ bersama masyarakat siap bersama-sama turun aksi. Masyarakat dari Jaya akan turun bersama-sama.

Selama ini, lanjut Awal, mereka sudah cukup sabar menanti aspirasinya terealisasi. Namun, ending dari aspirasi yang mereka sampaikan tak seperti yang diharapkan. Nihil. Kini, rumah yang dulunya sangat jauh dari bantaran sungai tinggal hitungan meter saja. Sungai Salu Battang makin mengarah ke rumah warga di Lelong dan Limbong Lotong. "Sawah di Lelong dan Tondok Allah sudah pasti gagal panen akibat banjir," tandasnya.

"Semoga dengan aksi bersama masyarakat Jaya segera mendapat penanganan," tambah Awal.

Aksi rencananya digelar di atas jembatan miring. Jembatan ini merupakan akses trans Sulawesi.

Aksi ini juga akan diikuti oleh warga Salubattang, Battang dan warga Kab. Luwu yang warganya hidup di sepanjang bantaran sungai, mahasiswa,serta para pemerhati lingkungan.

Mereka akan mendesak pemerintah kota Palopo, melalui pihak balai sungai Jeneberang untuk melakukan upaya penguatan tebing sungai. Di Lelong, lanjutnya, rumah warga tinggal hitungan meter tersapu banjir. Jalan aspal sudah amblas.

Begitu juga di Limbong Lotong dan sekitarnya. Rumah warga terancam diterobos debit air banjir. "Yang mendesak dilakukan adalah penguatan tebing," tandas Awal lagi.

Menurut Awal, warga yang rumahnya sudah dekat dari bantaran sungai resah setiap hujan turun. Apalagi kalau air DAS Battang meluap. "Warga akan mengungsi," tukasnya.

Ia menegaskan bahwa bukan warga yang membangun dekat bantaran sungai. Akan tetapi, banjir yang terjadi setiap tahunnya mengikis tebing dan mengarah ke permukiman. "Ini saya luruskan supaya tidak ada persepsi muncul bahwa warga yang membangun di dekat bantaran," tegasnya.

Dulu, debit air sungai Salubattang yang melintasi Lelong, Limbong Lotong, dan Tondok Alla tidak sebesar ini. Ia masih ingat waktu tahun 1985, malah kalau banjir anak-anak terjun ke sungai sambil bermain.

Jadi kondisi sekarang dengan era ketika Luwu masih satu sudah sangat jauh beda. Terjadi pergeseran yang sama sekali di luar dugaan warga sekitar.

Sebenarnya, kata Awal, sejak banjir bandang yang lalu-lalu, tokoh masyarakat, pemuda, pemerintah RW/RT, sering menyampaikan aspirasi warga ini ke pemerintah kota Palopo. Namun, hingga Luwu terpisah dan sampai ke periode HM Judas Amir memimpin Palopo, aspirasi tinggal aspirasi. "Tidak ada perhatian. Nah, mungkin dengan menyampaikan aspirasi di jalanan, pemerintah bisa terketuk hatinya untuk memerhatikan," tandasnya.

Ketua RW Lelong Haeruddin Rumae dan RW Tondok Alla Iskandar dan Limbong Lotong menyatakan siap untuk bersama-sama mengawal. "Adik-adik dari aktivis Forpa siap bersama masyarakat berjuang. Ini kami apresiasi," ujar ketua RW Lelong dan diiyakan ketua RW Tondok Alla.(ary)

  • Bagikan