Pulau Lamiko-miko Potensi Jadi Wisata Bahari dan Camping

  • Bagikan
Warga Lamiko-miko saat menggunakan perahu Katinting untuk sampai di pusat desa dan ibukota kecamatan.

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, Kampung Laut ada di Kabupaten Luwu Utara yaitu Pulau Lamiko-miko, sebuah daerah pesisir terpencil di Desa Waelawi Kecamatan Malangke Barat, Luwu Utara.

Jika dilihat secara geografis, dusun Lamiko-miko berada ujung timur Kabupaten Luwu Utara di tepi Teluk Bone.
Satu-satunya alat transportasi adalah menggunakan perahu Katinting untuk sampai di pusat desa dan ibukota kecamatan. Selain itu wisata pasir putih dengan pulaunya cukup berpotensi untuk dikelola destinasi wisata bahari dan camping.

Untuk mencapai dusun Lamiko-miko dibutuhkan perjalanan dari Desa Waelawi dengan menggunakan perahu motor Katinting selama 30 menit dengan menyusuri Sungai Rongkong.

Untuk menyusuri sungai Rongkong harus menggunakan pemandu dari warga setempat pasalnya Sungai Rongkong memiliki beberapa cabang.
Jadi jika tak menghafal jalan menuju ke lokasi bisa tersesat, apalagi sungai Rongkong dimusim hujan airnya deras dan di musim kemarau airnya surut.
Dalam perjalanan, bisa dilihat rimbunnya hutan bakau yang dihuni nipah, dan melihat aneka macam burung yang tinggal di habitat tersebut.

Jika perjalanan diteruskan hingga muara, nampak pulau pasir yang membelah muara sungai Rongkong, dan hamparan pasir tersebut saat air surut mencapai lebih satu kilometer.

Selain itu, dusun Lamiko-miko dapat juga diakses dari Lamasi, Kecamatan Walenrang Timur, Kabupaten Luwu dengan mengunakan perahu motor Katinting selama 15 menit.

Sedangkan dari Kota Palopo dapat ditempuh selama 60 menit mengunakan perahu motor Katinting.

Warga di dusun ini, setiap hari menggunakan bahasa daerah Bugis dan bahasa Indonesia. Aktivitas warga hidup sebagai nelayan dan petani tambak.

Rumah warga berbentuk panggung, tak jarang terlihat warga atau pemilik rumah sedang beraktifitas di bawah kolong rumah seperti memperbaiki jaring, perahu motor dan menjemur ikan hasil tangkapan nelayan.
Di dusun ini, sudah bertahun-tahun warga tidak pernah menikmati Listrik PLN, apalagi kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil.

Hal ini dikarenakan dusun Lamiko-miko dibatasi oleh laut, sungai dan tambak empang yang menghampar sepanjang 2 kilometer.
Untuk berkomunikasi dengan menggunakan telepon seluler pun masih terbatas karena signal kadang terputus.

Di dusun ini terdapat dua sekolah, UPT SD Negeri 193 Lamiko-Miko dan UPT SMP Negeri 5 Satap Malangke Barat.
Warga di malam hari hanya menggunakan listrik dari Generator tapi terbatas, hanya bisa digunakan mulai pukul 18.00 sampai pukul 22.00. Bahan bakarnya melakukan swadaya untuk mengisi BBM.

Warga tak pernah menyalahkan pemerintah atas kondisi daerahnya, pasalnya dalam setiap bulan pemerintah selalu hadir di daerah ini. Meski demikian, dirinya tetap berharap pemerintah membangun daerahnya.
Ditelusuri sepanjang jalan, dari rumah ke rumah, tak satupun kendaraan roda dua yang dimiliki warga, apalagi kendaraan roda empat.

Berdasarkan data dari kepala dusun Lamiko-miko, Arman Taslim, Dusun Lamiko-miko dihuni sebanyak 208 jiwa dengan jumlah 54 Kepala Keluarga, dan 44 rumah warga.
kehidupan warga hanya bergantung pada hasil nelayan berupa tambak ikan Bandeng, Udang, Kepiting dan ikan laut. (jun)

  • Bagikan