Pengawasan Solar Subsidi Tak Maksimal

  • Bagikan
ANTREAN kendaraan di SPBU Sampoddo mendapatkan solar, Senin siang 26 September, kemarin. IDRIS/PALOPO POS

Selisih Harga Rp17.650 dengan Solar Industri jadi Daya Tarik Pelangsir

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Keterbatasan stok BBM solar subsidi di sejumlah SPBU di Kota Palopo masih terjadi. Kalaupun ada, stok tak berlangsung lama, akan langsung habis.

Dari pantauan Palopo Pos di dua SPBU di Jl. Jendral Sudirman, Kota Palopo, yakni SPBU Binturu dan SPBU Sampoddo, tak sampai sore stok solar sudah ludes. Kendaraan pun harus antre menunggu giliran, bahkan mengambil sebagian bahu jalan.

Di SPBU Binturu, solar 8 KL masuk pukul 09.00 Wita dan pukul 13.30 Wita sudah langsung ludes. Hanya 4,5 jam solar sebanyak itu sudah habis. Kebanyakan yang mengisi terlihat mobil panther dengan nopol DW dan DD.

Menurut salah satu staf SPBU Binturu yang ditemui Palopo Pos yang enggan dikorankan namanya, Senin siang sekira pukul 13.00 Wita, kemarin, sejak solar masuk pukul 09.00 Wita, antrean terjadi dan pengisian non-stop.

Petugas dari Dinas Perdagangan juga hanya datang beberapa menit kemudian pergi.
"Setiap hari ji ada datang petugas dari dinas pak, tetapi itu juga hanya beberapa menit pergi mi," ucap staf SPBU Binturu yang dibenarkan rekannya.

Dikatakannya, solar di SPBU Binturu cepat habis dibandingkan di SPBU lainnya karena, SPBU Binturu juga melayani pengisian jeriken BBM untuk nelayan.

"Selain SPBU Yosdar, SPBU Binturu juga sebagian jatahnya untuk nelayan. Dari dinas sudah ada penunjukannya," terangnya. Masih dari pantauan Palopo Pos, kendaraan yang hendak mengisi solar oleh petugas SPBU di data, dimasukkan ke dalam sistem digitalisasi SPBU. Hal ini untuk meminimalisir adanya kecurangan pengisian berkali-kali oleh kendaraan.

Sementara itu, di SPBU Sampoddo terpantau antrean kendaraan pembawa logistik Trans Sulawesi untuk mengisi solar. Dikatakan salah satu stafnya, untuk SPBU Sampoddo pihaknya mulai menjual solar mulai pukul 10.00 Wita. Rata-rata yang mengisi adalah truk ekspedisi dari Makassar dan truk pengangkut material. Dari pihak Didag Palopo, juga tak terlihat ada yang melakukan pengawasan.

Pak Sudirman, salah satu sopir truk pembawa material mengaku sudah 1,5 jam antre untuk bisa mendapat giliran mengisi solar. Setiap pagi ia harus antre mengisi, lantaran jika datang sore, stok solar sudah habis. "Jam 11 mulai antre tadi pak. Baru dapat giliran jam 12.30," katanya.

Selisih Solar Subsidi dan Industri Kelangkaan solar disinyalir juga dipicu adanya praktik curang pelangsir.
Rata-rata pelangsir solar menggunakan kendaraan jenis Panther yang tidak dilengkapi nomor polisi.

Seperti terlihat di SPBU Sampoddo, terlihat beberapa Panther tanpa nopol dengan bodi banyak bekas dempul antre mengisi solar. Usai mengisi, saat diikuti, mobil Panther tersebut lalu belok dan masuk ke dalam areal perumahan di daerah Bukit Lewadang, Kelurahan Sampoddo.
Praktik penggelapan solar sudah menjadi rahasia umum, lantaran keuntungan yang diperoleh sangat besar.

Solar subsidi yang dibeli dengan harga Rp6.800 per liter, kemudian dijual dengan harga Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per liter ke industri di daerah Morowali, Sulteng. Sedangkan jika membeli solar dengan harga industri tentunya sangat mahal yakni, Rp 24.450 per liter. Ada selisih harga Rp17.650 per liter.

Seperti kasus terungkapnya pelangsir solar subsidi yang akan dibawa ke Morowali di daerah Pantai Labombo. Sebanyak empat orang diamankan, dan kini hanya berstatus wajib lapor di Polres Palopo, tidak ditahan. Masing-masing inisial NH, 49 pekerjaan IRT, alamat Libukang Kelurahan Salobulo, Kecamatan Wara Utara (Waru) Kota Palopo, kemudian MK (42) pekerjaan sopir, alamat Kelurahan Balandai, Kec Bara Kota Palopo. EW, (40) pekerjaan sopir alamat Surutanga, Kecamatan Wara Timur Kota Palopo dan BS, (32) pekerjaan sopir alamat Kelurahan Surutanga Kecamatan Wara Timur Kota Palopo, terancam 6 tahun kurungan penjara.

Barang bukti yang disita berupa 36 jeriken kapasitas 35 liter berisi solar, baskom 3 buah, penyolong 2 buah, mobil Isuzu Panther 4 unit, dan kunci pas ukuran 17 sebayak 4 buah. "Kita tangkap di belakang Cafe Fortune Kota Palopo, diduga BBM Solar ini akan dibawa para pelaku ke Provinsi Sulteng, termasuk Lutra," beber Kasat Reskrim AKP Akmad Risal saat penangkapan beberapa waktu lalu.

Mesin EDC
Sementara itu, Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Palopo menuding mesin EDC yang menyita waktu salah satu penyebab terjadinya antrean panjang Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar subsidi di sejumlah SPBU di Kota Palopo. Namun konsumen menyebutnya bukan karena mesin EDC tapi diduga lemahnya pengawasan dari pihak terkait sehingga antrean tak dapat teratasi.

Diketahui, fenomena antrean di setiap SPBU sudah lama terjadi, bahkan baru-baru ini Dinas Perdagang Kota Palopo membentuk tim gabungan bersama Polres Palopo guna pengawasan dan pengendalian solar bersubsidi agar tepat sasaran. Namun faktanya antrean solar di SPBU Binturu dan SPBU Rampoang tetap saja mengular sampai keluar SPBU hingga membayakan penggunakan jalan yang melintas.

Mestinya Pemkot Palopo dalam hal ini Disdag lebih tegas dalam melakukan pengawasan dan pengendalian di SPBU. Kalau cuma satu orang pegawai Disdag ditempatkan di SPBU tanpa ada dari kepolisian yakinlah tidak ada solusi. Kuncinya harus tegas, awasi mobil yang ingin mengisi solar secara berulang serta awasi oknum petugas yang menjadi
pemegang nozzle (alat pengisi BBM. Red) sebab tidak menutup kemungkinan mereka juga pemain solar.

Menyikapi hal ini Kepala Dinas Disdag Kota Palopo, Nuryadin, SH., MH tetap menuding penggunaan mesin EDC (yang mencatat nomor plat kendaraan) salah penyabab antrian panjang di SPBU, karena sebelum mengisi solar akan dicatat lebih dulu nomor plat kendaraan oleh petugas SPBU.

"Mesin itu lumayan menyita waktu. Biasanya langsung dilayani sekarang dicatat dulu nopolnya baru isi solar. Hal lain, Kota Palopo merupakan lintas daerah antar kabupaten dan provinsi sehingga banyak kendaraan melintas kemudian mengisi BBM di Kota Palopo," kata Nuryadin, Senin 26 September 2022 siang kemarin.

Terkait pengawasan di SPBU, Nuryadin mengatakan sudah menempatkan petugas Disdag di SPBU, tapi mereka selalu berpindah-pindah dari SPBU satu ke SPBU lain. Artinya dimana ada pengisian solar maka petugas mengarah ke sana.

"Memang dengan pencatatan plat nomor dapat membuat konsumen mengeluh. Namun semua itu tak lepas dari penyaluran BBM subsidi agar tepat sasaran. Mengenai antrean panjang di SPBU memang sulit teratasi namun kami tetap cari solusi terbaik. Itu karena solar subsidi hanya untuk rumah tangga, usaha pertanian, perikanan, transportasi, pelayanan umum dan bukan untuk industri," pungkasnya.

Sementara itu, kalau alasan Disdag bahwa mesin pencatat nomor plat yang dimiliki petugas SPBU salah satu penyebab antrian panjang dapat ditepis konsumen. Sebab, dari pantauan Palopo Pos SPBU sudah melakukan langka efisien dengan menempatkan karyawan khusus pencatat nopol dan pengisi BBM. "Jadi langka efisien yang dilakukan SPBU itu tidak buang-buang waktu. Mestinya, petugas terkait melakukan pengawasan lebih tegas dalam penyalurahan solar bersubsidi tanpa antrean panjang," ungkap seorang sopir truk.

Disdag Sulit Deteksi Pelangsir
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan Palopo, Nuryadin mengatakan Pemerintah Kota Palopo bersama Pihak Kepolisian akan intensif melakukan pengawasan terhadap SPBU terkait ketersediaan stok kuota BBM subsidi, agar masyarakat tidak lagi kesulitan memperoleh.

Itu setelah antrean yang kerap terjadi di sejumlah SPBU di Kota Palopo lantaran stok yang disebut-sebut tidak cukup. Nuryadin saat dikonfirmasi mengatakan Gakkumdu ini kembali aktif dimana pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk pengawasan ini. "Pengawasan dan pemantauan distribusi BBM dari Depot ke SPBU akan kita lakukan berkoordinasi dengan kepolisian untuk penempatan petugas," katanya.

Berdasarkan data kebutuhan bahan bakar kendaraan, dimana 9 SPBU di Kota Palopo, dengan kuota harian sebanyak 8.000 liter per hari itu terbilang mencukupi. Dimana limit pengisian kendaraan untuk umum sebanyak Rp350 ribu dan truk 6 roda dan Bus sebanyak Rp600 ribu di Tana Luwu ini. Namun Nuryadin mengharapkan agar pengoperasian SPBU berdasarkan ketentuan dari Pertamina, jika perlu SPBU terbuka terhadap konsumsi bahan bakar harian masyarakat.

Meski, kata Nuryadin, yang mengisi SPBU di Palopo ini bukan hanya kendaraan dari Palopo saja. "Karena yang mengisi di SPBU ini lintas daerah, ada dari luar daerah juga, tapi kita akan melakukan pengawasan dan meminta SPBU aktif memberikan layanan sesuai petunjuk Pertamina," katanya.

Terkait pelangsir, disebutkan Nuryadin, sulit untuk mendeteksi, karena SPBU pun tidak menerima para pelangsir sebab berisiko, dimana banyaknya kejadian dimana adanya yang terbakar saat pengisian itu. Lalu dimana masalah sehingga kesulitan untuk masih saja antre. (him/idr)

Perbandingan Harga Solar Industri dan Subsidi

Harga solar industri : Rp 24.450 per liter
Harga solar subsidi : Rp6.800 per liter
Selisih harga : Rp17.650 per liter

  • Bagikan