Gempa: Sebuah Catatan Awal Tahun Pentingnya Mitigasi Bencana

  • Bagikan

* Oleh: Irwan Ramli, Ph. D
(Dosen UNCP)


Awal tahun 2024 ini, Jepang mengalami gempa dahsyat bermagnitudo 7.6 yang terjadi pukul 15:10 waktu setempat yang berpusat di smenanjung Noto Prefektur Ishikawa. Berdasarkan laporan dari NHK setidaknya bencana ini menewaskan 57 orang dan selasa sore lebih dari 27.000 orang di Ishikawa telah dievakuasi di 336 titik evakuasi. Pemerintah Jepang telah mengeluarkan peringatan tsunami dan mengingatkan warganya agar segera mengevakuasi diri.

Gempa merupakan guncangan permukaan bumi dan yang terjadi di Jepang ini merupakan guncangan akibat adanya pergerakan lempeng tektonik.Jepang memang dikenal sebagai salah satu negara yang sangat rawan dengan gempa.

Bagaimana dengan Indonesia?. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang berada pada lintasan “ring of fire” sehingga Indonesia juga merupakan negara dengan resiko gempa yang tinggi. Begitupun halnya dengan pulau Sulawesi, masih jelas ingatan kita, gempa bermagnitudo 7,6 pada tanggal 18 September 2018. Gempa ini menewaskan lebih dari 2000 Jiwa. Sesar Palu kuro yang juga menimbulkan efek liquifaksi.

Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari Gempa di Jepang diawal tahun ini dan gempa Palu lima tahun lalu itu. Gempa bermagnitudo sama, tetapi korban Jiwa yang berbeda jauh. Hal ini disebabkan kesiapan negara kita ini dalam menghadapi gempa masih tergolong sangat kurang. Pengalaman kami sewaktu tinggal di Jepang (Tahun 2016-2019), setiap instansi, Gedung, sekolah pasti akan memiliki Jalur Evakuasi dan setiap daerah tertentu akan selalu ada titik Evakuasi. Mungkin dimasa kecil, kita selalu menonton serial TV Doraemon, dimana Nobita dan teman-temannya selalu bermain di Taman terbuka. Kenyataannya di Jepang memang banyak tempat terbuka seperti ini, ternyata selain ditempati bermain juga merupakan titik evakuasi Ketika terjadi bencana.

Pengalaman kami juga, Ketika kami bekerja di Salah satu Lembaga riset di Jepang, RIKEN, setiap tahunnya akan ada Emergency Drill, Latihan menghadapi bencana. Bagaimana dengan kota Palopo, kami memulainya dari kegiatan-kegiatan pengabdian di beberapa Sekolah tentang pentingnya memahami bencana bukan untuk mencegahnya tetapi untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan. (*)

  • Bagikan