Arsyad Kasmar, Penggembala Sukses jadi Pengusaha

  • Bagikan
Ketua Umum BPP KKLR, H. Arsyad Kasmar
  • Empat WTL Masuk 100 Tokoh Sulsel (2)

Tulisan ini dikutip dari buku yang berjudul "100 Tokoh Sulsel 2021-2023" edisi kedua yang diterbitkan PT Fajar Perintis Utama (Fajar Grup). Berikut Wija To Luwu (WTL) yang masuk buku ini.

Tak ada kata menyerah dalam kamus H Arsyad Kasmar. Sesuatu yang layak dicapai harus diperjuangkan dengan gigih dan tak mengenal lelah. Sampai apa yang dicita-citakan itu terwujud.

Dalam dunia politik, Arsyad Kasmar tiga kali tercatat mengikuti kontestasi Pilkada di Luwu Utara, wilayah yang sangat ia kembangkan dan cintai. Namun Sang Pencipta belum menggariskan mengemban amanah. Saat ini, namanya kembali menggaung menjelang Pilkada 2024 mendatang. Dia disebut sebagai figur kuat memimpin Luwu Utara.

Menurut Arsyad, dirinya tetap akan mengamati kondisi perpolitikan di Luwu Utara. Dia memang masih memiliki keinginan bertarung di Luwu Utara. Apakah itu melalui jalur partai atau perseorangan. Namun yang jelas, ia akan fokus dulu pada jabatannya saat ini sebagai Ketua Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR).

Arsyad terpilih sebagai Ketua Badan Pengurus Pusat (BPP) KKLR pada Februari 2022 lalu. "Saya benar-benar akan fokus menjadikan KKLR sebagai wadah persatuan sekaligus wadah untuk menyejahterakan warga Tana Luwu," kata Arsyad kepada wartawan Fajar Grup saat wawancara via selularnya tak lama setelah pelantikan.
Arsyad Kasmar memang punya 'dendam' di Luwu, utamanya Luwu Utara kampung halamannya. Dia memendam dendam untuk menyejahterakan warga di kampung halamannya.

Dendam inilah yang selalu memotivasi dirinya untuk terus maju berkompetisi pada Pilkada di Luwu Utara.
Arsyad yang lahir di Palopo pada 10 Oktober 1958 selalu merasa sedih melihat warga Luwu Utara yang tergolong tertinggal dalam hal kesejahteraan dibanding daerah lain. Padahal menurut dia Kabupaten Luwu Utara adalah salah satu daerah yang memiliki keunggulan pada pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan ini merupakan kekayaan dan potensi yang harus terus ditingkatkan.

Menurutnya, New Zealand saja yang basis pendapatan warganya berasal dari sektor pertanian dan peternakan, bisa sejahtera padahal mereka berada di sebuah pulau yang iklimnya tidak sama seperti di Indonesia. Sedangkan Luwu Utara berada pada lintang 2-3 derajat khatulistiwa yang membuat tanah di Luwu Utara sangat subur.

Menurut dia, Luwu Utara seharusnya bisa lebih baik daripada apa yang ada saat ini. Dia mengerti betul kondisi sumber daya alam di sana sebab lahir dan besar di Luwu Utara. Harusnya setelah 50 tahun berproses, hari ini sudah ada industrialisasi pertanian, produk-produk turunan dari hasil pertanian sudah bisa dibuat.

Meski demikian, sumbangsih Arsyad Kasmar kepada ekonomi daerah sudah dibuktikan meski tak menjadi Bupati. Dia beberapa kali mendonasikan kekayaannya untuk yang membutuhkan. Misalnya menyumbangkan tanahnya untuk digunakan sebagai asrama Brimob di Desa Baebunta. Belum lagi dengan membangun sarana ibadah.
Selain itu, dia juga mendirikan perusahaan-perusahaan padat karya yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Seperti membangun industri tripleks hingga pabrik pengolahan kelapa sawit. Ketika banjir melanda Luwu Utara, dirinya menyumbangkan dua eskavator untuk digunakan membuka jalur yang tertimbun longsor.

Arsyad memang memiliki banyak armada alat berat. Perusahaan tambang miliknya menggunakan alat-alat berat itu untuk melakukan eksplorasi. Dan perusahaan tambang miliknya tercatat di Kementerian ESDM yaitu PT Kasmar Poleang Raya dan PT Kasmar Samudera Indonesia miliknya tersebar di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara. Selain perusahaan tambang dia juga memiliki pabrik kelapa sawit, perkebunan, dan lainnya.

Arsyad pada mudanya adalah seorang penggembala sapi. Diapun merasakan sulitnya kehidupan saat masih sangat belia. Arsyad mengaku menjadi yatim saat umur dua tahun. Sejak kecil dia dibesarkan ibunya tanpa sosok ayah. Untungnya kerabat seperti tante, nenek, dan paman-paman sangat religius dan menyayanginya.

Dia bahkan masih ingat jelas ketika usianya baru dua tahun sudah terbiasa bangun subuh untuk menemani neneknya salat di masjid. Dia harus berjalan kaki sepanjang 500 meter dalam keadaan gelap gulita hanya dengan berbekal pencahayaan dari obor.

Arsyad mengatakan masa pendidikannya di tingkat SD dan SMP dihabiskan di desanya yaitu Baebunta. Ketika tamat dan lanjut ke jenjang SMA, dia hijrah ke Masamba yang saat itu menjadi ibu kota Kab. Luwu Utara.

Setelah tamat SMA, dia mengembara ke provinsi tetangga hingga ke ibu kota Jakarta demi mengubah nasibnya. Berbagai profesi pernah dilaluinya hingga akhirnya bisa mandiri dan menjadi seorang pengusaha.

Kegigihan itu menghasilkan anugrah sebagai pemuda pelopor tingkat nasional yang diserahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto pada 1997. Apresiasi luar biasa untuk sebuah pencapaian pemuda di Indonesia saat itu. (ikh/bersambung)

Biodata

Nama : H Arsyad Kasmar
TTL: Palopo, 10 Oktober 1958
Profesi: Pengusaha & Politisi

Riwayat Pendidikan;

  • SDN Baebunta
  • SMP Baebunta
  • SMAN Masamba

Riwayat Organisasi

  • Ketua DPC Partai Gerindra Luwu Utara
  • Ketua DPP KKLR

Riwayat Pekerjaan

  • Owner Kasmar Grup. (*)
  • Bagikan