Tradisi Leluhur Tedong Silaga dan Sabung Ayam Daya Tarik Wistawan Toraja, jangan Dinodai dengan Judi

  • Bagikan
Irjen Pol (Purn) Frederik Kalalembang (JFK)

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID PALOPO -- Belum lama ini Polda Sulsel menangkap judi sabung ayam dengan membawa pelaku sebanyak 35 orang, walaupun tidak semuanya harus diproses hukum, karena mereka hanya sebagai penonton saja dan memang tidak ditemukan barang bukti.

Polda langsung turun bersama dengan anggota Brimob adalah karena mungkin terlalu banyak laporan masyarakat. Irjen Pol (P) Drs Frederik Kalalembang turut prihatin dengan kejadian kemarin dan kedepan perlu untuk kita perbaiki lagi, sehingga kewenangan Polres juga perlu dihargai, karena setahu dirinya biasanya kalau hanya judi sabung ayam dan ruang lingkupnya kabupaten, itu hanya Polres saja. Tetapi, kalau sudah Polda yang turun lakukan penangkapan secara mendadak tentunya ini ada sesuatu yang khusus.

"Dan memang secara kasat mata saja sudah terlalu bebas dan tidak mengenal waktu, dan dengan kejadian kemarin tidak sedikit yang telephone serta WhatsApp ke saya menyampaikan hal yang sama masalah judi sabung ayam ini, termasuk Hari Minggu dan Hari Besar Keagamaan seperti Paskah sekalipun masih tetap berlangsung," demikian Irjen pol (P) Frederik Kalalembang yang juga mantan Deputi Kebijakan Strategis Badan Keamanan Laut RI ini.

Lanjut JFK menyampaikan bahwa aktivitas sabung ayam dan Tedong Silaga memang sudah ada sejak puluhan tahun silam dan menjadi tradisi bagi masyarakat Toraja, tapi itu dilaksanakan pada acara-acara tertentu, seperti Rambu Solo atau pesta adat besar lainnya dan aparat pun pasti memberikan izin.

"Saya kira kita sama-sama paham dan memaklumi bahwa Tedong silaga dan Sabung ayam itu adalah bagian dari Budaya sekalipun di sela-sela permainan ada saja yang memanfaatkan untuk taruhan, tapi itu bukan utama tapi selingan dan selama ini berjalan dengan baik," jelas JFK yang beberapa waktu lalu oleh KPU ditetapkan sebagai Anggota DPR RI Terpilih Periode 2024-2029 dari Partai Demokrat.

Kejadian kemarin, mungkin sudah keterlaluan dan tidak mengenal lagi Hari Besar Keagamaan, dan pastilah masyarakat tidak menerima sehingga Polda yang harus turun tangan langsung. "Karena sepengetahuan saya, Polda tidak pernah turun selama Polres masih ada, kecuali ada hal yang khusus dan luar biasa," ungkap JFK.

Untuk itu, ke depan kata JFK, mari kita tata kembali duduk bersama pemerintah daerah, DPRD, Polres, Kodim dan serta Tokoh Agama, Adat dan masyarakat, karena untuk memajukan Toraja sebagai salah satu destinasi Kota Pariwisata Indonesia yang memang kita sudah jauh ketinggalan dari Daerah lainnya Karena tahun 90-an orang hanya mengenal Toraja dan Bali.

Wisatawan mengenal Toraja adalah selain alamnya juga budayanya, seperti Tedong Silaga dan Adu Ayam dan ini memang unik jarang ditemui di tempat lain dan sebagai daya tarik bagi wisatawan, hanya perlu untuk merapikan lagi tidak jorok seperti kejadian kemarin dan tidak menghormati hari keagamaan dan rumah-rumah ibadah," demikian JFK mengakhiri.(idr)

  • Bagikan