Mencari Cuan dari Kubangan Tanah Liat

  • Bagikan
Ibu Sarimaya (47) mengangkat batu bata mentah yang sudah kering untuk disusun. IDRIS PRASETIAWAN/PALOPO POS
  • Potret Para Pembuat Batu Bata Mentah di Sampoddo

Ibu Sarimaya (47) sehari-hari bekerja sebagai buruh pembuat batu bata mentah di lingkungan Sampoddo, Kelurahan Sampoddo, Kecamatan Wara Selatan, Kota Palopo, Sulawesi Selatan.

Ibu dari empat anak ini mulai bekerja setiap hari pukul 08.00 Wita hingga sore pukul 17.00 Wita.

Ia hanya mengandalkan sinar matahari sebagai pengering alami. Jika terik, sore sudah bisa disusun. Tetapi, ketika lebih banyak mendung, batu bata mentah ini bisa sampai 2-3 hari baru diangkat.

Ia mendapat upah setiap cetakan batang batu bata mentah sebesar 60 rupiah (Rp60). Jika dalam sehari ia hanya mampu mencetak 500 batang, maka upah yang didapatkannya sebanyak Rp30 ribu.

Uang tersebut, ia gunakan untuk membeli kebutuhan makanan keluarganya. Mulai beras, ikan, dan sayur. Jika ada lebihnya, ia tabung.

Di tempat pembuatan batu bata mentah ini, ia tak sendirian, ada empat orang buruh perempuan lainnya yang dipekerjakan.

Batu bata mentah yang sudah kering ini nantinya akan dibeli pengumpul dengan harga 200 rupiah per batang (Rp200), untuk selanjutnya dibakar.

Permintaan akan batu bata merah di Kota Palopo cukup tinggi, lantaran semakin banyak perumahan subsidi yang dibangun.(Idris Prasetiawan)

  • Bagikan