Astaga, 20 Kasus Kekerasan Seksual di Luwu Didominasi Orang Dekat dan di Bawah Umur, Kasatreskrim Luwu Bilang Begini

  • Bagikan
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Luwu, AKP Jon Paerunan. --palopo pos--

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, BELOPA-- Rupanya kasus kekerasan seksual di Kabupaten Luwu begitu tinggi. Sampai Mei 2022 ini, ada 20 kasus yang ditangani Polres Luwu.

Yang mengejutkan, karena para terduga pelaku yang dilaporkan melakukan kekerasan seksual adalah orang dekat dari korban.

Saat ini, Polres Luwu sedang menangani puluhan laporan terkait kekerasan seksual, rata-rata korbannya adalah anak di bawah umur.

"Sampai saat ini kami sudah terima sedikitnya 20 kasus. Dan para pelaku adalah orang terdekat korban, mulai dari ayah kandung, paman, kakek hingga tetangga. Ini cukup mengejutkan karena ada peningkatan yang cukup signifikan," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Luwu, AKP Jon Paerunan, baru-baru ini.

Jhon menduga, tingginya angka kekerasan seksual pada anak disebabkan beberapa faktor. Di antaranyata katanya, penggunaan gadget dan sosial media yang tidak lagi terkontrol. Juga permasalahan kompleks lainnya. Sehingga kata dia, pengawasan orang tua dalam kasus ini cukup penting.

Dia kemudian merincikan, kasus asusila yang menimpa anak di antaranya seorang bapak menggilir tiga anak gadisnya, seorang kakek cabuli cucunya, bocah perempuan digilir lima pria, dan masih ada beberapa deretan kasus asusila lainnya yang sedang diproses penyidik.

"Kami meminta kepada semua orang tua untuk melakukan pengawasan dan mengontrol anak-anaknya dalam bersosial media," kata AKP Jon Paerunan.

Ia menambahkan selain tiga anak kandung yang jadi korban asusila ayah kandungnya, juga ada seorang bocah yang digilir lima orang pria serta seorang kakek gagahi cucunya.

Menurutnya, sebagian besar diakibatkan oleh penggunaan media sosial yang tidak bijaksana, kurang pengawasan dari orang tua tentang pergaulan anak.

Dia meminta semua pihak, sebaiknya mengambil peran untuk pencegahan kasus kekerasan seksual pada anak. Baik orang tua, pemerintah, dunia pendidikan, dan lingkungan sekitar.

Kepala Bidang Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (DP3A) Luwu, Tanty mengatakan, memang kasus kekerasan seksual pada anak akhir-akhir ini agak tinggi.

"Sebenarnya kami selalu berupaya meminimalisir dengan cara aktif sosialisasi kepada masyarakat," kata Tanty.

Menurutnya, sosialisasi yang digencarkan terkait tentang kekerasan perempuan dan anak. Rencananya, dalam waktu dekat ini pihaknya akan mengundang dari pihak kecamatan yang agak tinggi kasus kekerasan seksualnya pada anak. Kasus paling tinggi tahun lalu ada di Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu. (irfan khaeruddin)

  • Bagikan