Palopo-Bua Belum Aman dari Banjir, Ratusan Rumah Terendam, Sawah Banyak Gagal Panen

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, BUA -- Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Kota Palopo dan Kabupaten Luwu, Rabu malam (5/10) mengakibatkan banjir di beberapa kelurahan di Kota Palopo dan desa di Kecamatan Bua.

Air bah yang meluap dari sungai Bua tersebut memasuki rumah-rumah warga di sejumlah desa dan merusak perabotan rumah tangga
Andi Has, salah seorang warga mengirim video dimana air yang meluap dari sungai Bua dan menggenangi rumah-rumah warga sekira Kamis dini hari pukul 02.40 WITA. " Rumah kami di Desa Pabberassang kemasukan air. Lokasi rumah dan banjir diskeitaran pengerjaan batu gajah," ungkap Andi Has.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu, Aminuddin S.Sos, M.Si, dikonfirmasi Harian Palopo Pos Kamis (6/10) mengungkapkan, banjir yang melanda Kecamatan Bua terjadi di Desa Pabberassang, Desa Barowa dan Kelurahan Sakti.

"Tim BPBD Luwu sudah turun dilapangan untuk mengidentifikasi banjir di kecamatan Bua, bahkan kepala BPBD Luwu kamis pagi menyempatkan meninjau Desa Pabberassang, " Kata Aminuddin seraya mengatakan, terkait rumah yang tergenang dan dampak kerusakaan banjir masih dalam proses identifikasi di lapangan.

Kepala BPBD Luwu, Drs Alamsyah, M.Si yang dikonfirmasi Harian Palopo Pos, mengatakan, banjir di Bua dikabarkan tingginya intensitas air hujan sehingga debit air Sungai Bua meluap ke pemukiman rumah warga.
"Meskipun banjir memasuki sejumlah rumah warga, namun tidak berlangsung lama, karena ketika saya tinjau Kamis pagi banjir sudah surut," kata Alamsyah.

Banjir Palopo
Di Palopo, sejumlah ruas jalan protokol dan ratusan rumah warga di beberapa kelurahan di Kota Palopo, juga terendam banjir akibat meluapnya aliran sungai Latuppa dan Sungai Salubattang, Rabu 5 oktober 2022, malam.

Banjir terparah berada di Jalan Belimbing, Kelurahan Dangerakko, Kec. Wara. Ratusan rumah warga terendam hingga sampai dada. Lalu beberapa rumah di Jl. Akhmad Dahlan, Kelurahan Amassangan juga terendam. Yang terparah saat ini di Kelurahan Pentojangan dan Salu Battang, Kecamatan Telluwanua, banjir bahkan setinggi 1 meter, merendam areal pertanian, jalan, dan ratusan rumah warga.
Sejumlah warga, terpaksa dievakuasi oleh personel BPBD Palopo dengan menggunakan perahu.

Kepala BPBD Kota Palopo, Burhan Nurdin mengatakan, pihaknya masih terus melakukan evakuasi terhadap warga yang terjebak banjir.
“Kita sedang melakukan evakuasi seperti Bayi, lansia dan kita juga mengevakuasi warga di beberapa rumah bersama tim ke tempat yang lebih aman,” kata Burhan.

Sementara itu, Kahar salah satu warga Salu Battang mengaku bahwa banjir akibat meluapnya air sungai sudah sering terjadi. “Biasanya kalau deras hujan langsung tenggelam tempat kami, ini sudah kesekian kali terjadi tidak bisa dihitung,” ucapnya.

Selain rumah warga terendam, banjir juga merendam ruas jalan utama di Kota Palopo hingga memaksa sejumlah kendaraan untuk memutar.
Hingga kini air banjir masih menggenangi ratusan rumah di Salu Battang, sedangkan di Jalan Belimbing sudah surut, tersisa lumpur di dalam rumah dan di jalanan. Dalam beberapa hari, ke depan, lumpur ini akan menimbulkan debu beterbangan, menganggu saluran pernapasan jika tidak segera dibersihkan.
Di Kecamatan Telluwanua Kota Palopo, hampir menyeluruh kelurahan dihantam banjir. Paling parah di dua kelurahan, yakni Pentojangan dan Salubattang.

Tepat pukul 01.00 Wita dini hari, air memutus akses transportasi darat mulai dari lorong Salutete Kelurahan Maroangin tembus ke Pentojangan hingga batas Kelurahan Salubattang. Kurang lebih 250 rumah terendam air. Kemudian sekitar 100 haktare sawah yang sudah berumur terancam gagal panen.

Data itu diperoleh dari berbagai sumber di Kelurahan Pentojangan.
Informasi yang dihimpun Palopo Pos, menyebutkan, hingga pukul 07.00 Wita pagi kemarin, air di Kelurahan Pentojangan sudah surut.

Warga mulai membersihkan lumpur yang ada di dalam rumah akibat terbawah arus. Sementara itu, di Kelurahan Salubattang, sekitar 150 rumah warga ikut terendam. Bahkan ada kurang lebih 50 ha sawah terancam gagal panen.
Di Sakubattang yang dikenal dengan tambak (empang) ditaksir kurang lebih 100 ha, rusak.

"Ini yang paling besar dibanding sebelumnya. Banjir tahun lalu pas jembatan miring patah, terjadi di Oktober 2021, sekarang juga Oktober 2022. Dan menurut kami inilah yang paling besar, karena mulai pagi hingga malam ketinggian air makin meningkat," kata warga Marobo, Sadarusman, di lokasi banjir sore kemarin.
Lurah Salubattang, Saiman beserta stafnya turun melakukan himbaun kepada warganya supaya tidak panik.

"Jangan panik, bagi warga yang rumahnya tergenang mengungsi sementara di rumah keluarganya," tutup Saiman.(ded)
Sebagaimana diketahui, hujan dengan intensitas tinggi sejak sepekan terakhir kerap turun saat malam. Sedangkan siang cuaca sangat terik.

Longsor
Sementara itu, longsor juga terjadi jalan Poros Trans Sulawesi penghubung Kota Palopo dan Toraja Utara, Rabu 5 Oktober 2022 sekira pukul 01.00 Wita.

Terdapat tiga titik longsor sepanjang jalan di Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo. Akibatnya, arus jalan penghubung Kota Palopo dan Toraja Utara tersebut terpaksa diberlakukan buka tutup.

Kanit Turjawali Satlantas Polres Palopo Ipda Anwar yang ditemui di lokasi mengatakan, longsor terjadi disebabkan curah hujan tinggi.
“Sekira pukul 01.00 Wita wilayah tersebut terjadi hujan dengan intensitas tinggi hingga terjadi longsor ditiga titik,” katanya, Kamis 6 Oktober 2022.
Saat ini, kata Anwar, ruas jalan tersebut sudah dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.

“Sudah bisa dilewati kendaraan roda dua dan empat, untuk sementara diberlakukan sistem buka tutup,” ujarnya. Ia juga mengimbau kepada warga dan pengguna jalan agar selalu waspada. Masyarakat harus memahami keadaan bahwa curah hujan yang tinggi longsor bisa saja terjadi. (ded-and/idr)

  • Bagikan