Emak-emak Teriak ‘Anies Bacot’ Saat Debat Capres, yang Undang Ternyata…

  • Bagikan
Sosok ibu-ibu yang berteriak "Anies Bacot' saat debat Capres ketiga.

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Saat debat calon presiden (Capres), ternyata ada yang menarik perhatian. Yah, itu setelah adanya aksi kontroversial terjadi saat debat capres ketiga, di mana terdapat ibu-ibu teriak 'Anies bacot' secara terang-terangan ketika Anies Baswedan mendapatkan kesempatan berbicara.

Kejadian ini mencuri perhatian publik setelah tampang ibu-ibu yang melakukan protes tersebut terekspos ke publik.

Menariknya, ibu-ibu tersebut mengklaim diundang oleh orang yang bernama Pak Hashim.

Meski panitia berupaya mengusirnya dari lokasi debat, ibu-ibu tersebut bersikeras dan menyampaikan alasan kehadiran mereka dengan mengacu pada undangan dari Pak Hashim.

Insiden ini menambah gejolak di tengah-tengah jalannya debat capres dan menimbulkan pertanyaan terkait keamanan dan tata tertib acara tersebut.

Jurnalis senior Uni Zulfiani Lubis, yang saat itu berada di tengah-tengah pendukung para Capres, dia menceritakan gambaran suasananya.

Uni Zulfiani mengatakan, ibu-ibu yang mengenakan jilbab hitam itu terus-menerus meneriaki Anies ketika Capres nomor urut 1 itu berbicara.

"Terus-terusan teriak bacot dan huuu tiap Anies bicara," ujar Uni Zulfiani dalam keterangannya di aplikasi X @unilubis (8/1/2024).

Diungkapkan Uni Zulfian, tempat duduk yang diduduki ibu-ibu itu merupakan tempat yang disediakan untuk tamu undangan.

"Padahal itu deretan tempat duduk buat undangan, panitia meminta si Ibu pindah. Itu bukan tempat pendukung. Dia sempat ngeyel gak mau," Uni Zulfiani menuturkan.

Tambahnya, sampai pada tiga orang yang minta dia pindah, saat jeda jelang akhir segmen, ibu-ibu tersebut beranjak dari tempat duduknya.

"Sampai tiga orang yang minta dia pindah. Saat jeda jelang akhir segmen, dia keluar," bebernya.

Sebagai yang duduk persis di belakang pendukung 2 dan 3, kata dia, para pendukung memang masing-masing meluapkan dukungannya.

"Yang paling anteng pendukung 1. Mereka sorak-sorai juga, jumlah lebih sedikit, tapi gak sebrisik pendukung 2 dan 3. Ini fakta lapangan," tandasnya. (fajar/pp)

  • Bagikan